JakartaGreater.com – Artikel ini telah diedit untuk mengklarifikasi bahwa Constellis tak lagi melatih pasukan di Camp Integrity dan bahwa Blackwater, jika kembali, tidak akan memiliki koneksitas dengan Constellis.
Pengunduran diri Menteri Pertahanan AS Jim Mattis datang ditengah kabar bahwa Presiden AS Donald Trump telah memerintahkan penarikan 2.000 pasukan AS di Suriah, dan 7.000 pasukan AS di Afghanistan, kata seorang pejabat AS seperti dilansir dari laman media online Military Times.
Bulan ini, mantan kontraktor firma keamanan asal Amerika Serikat (AS), Blackwater telah menerbitkan satu halaman penuh iklan, seluruhnya hitam dengan pesan sederhana: “Kami datang”, dalam situs web “Recoil“.
Apakah perang di Afghanistan dan mungkin ditempat lain akan diprivatisasi?
Jika Blackwater kembali, itu akan menjadi kembalinya kontraktor keamanan swasta yang dilarang dari Irak, tetapi di re-brended dan tidak pernah benar-benar pergi. Di tahun 2016 Blackwater telah dinamai ulang dan direstrukturisasi beberapa kali dan dikenal pada saat itu sebagai Constellis Group, ketika dibeli oleh Apollo Holdings Group. Reuters melaporkan di awal tahun ini bahwa Apollo telah menjual Constellis Group, tetapi di bulan Juni penjualan tersebut ditunda.
Perwakilan Constellis Group mengatakan kepada Military Times pada Jumat malam bahwa meskipun telah mengakuisisi bekas pusat pelatihan Blackwater pada pembelian tahun 2016, ia tidak memiliki afiliasi dengan bekas perusahaan keamanan tersebut. Restrukturisasi itu tidak mempertahankan pendiri dan mantan CEO Blackwater Erik Prince dan tak memiliki koneksi dengannya saat ini, atau struktur manajemen lain dari bekas perusahaan.
Iklan Recoil menyarankan Blackwater membuat kebangkitan sendiri, tetapi tak jelas dalam bentuk apa. Perusahaan urusan publik yang menangani keterlibatan media Prince berkata kepada Military Times pada hari Jumat bahwa ia tidak akan dapat berbicara diluar apa yang ada di media “pada saat ini”.
Prince telah merayu pemerintahan Presiden Donald Trump semenjak dia menjabat dengan gagasan bahwa perang 17 tahun Afghanistan yang sekarang tak akan pernah dimenangkan oleh kampanye militer tradisional. Prince berpendapat bahwa jejak logistik yang diperlukan untuk mendukung upaya multi-triliun dolar sekarang telah sangat membebani.
Selama musim panas dan musim gugur ini Prince telah banyak melibatkan media mempromosikan privatisasi, khususnya pada Strategi Asia Selatan baru pemerintahan Trump, yang dibuat dengan Mattis telah melewati satu tahun.
Constellis, telah mempertahankan jejak di Camp Integrity sebelah Bandara Kabul melalui iterasi sebelumnya sebagai “Akademi”. Firma itu tidak lagi berlatih di sana, kata juru bicara Constellis.
Berita tentang sejumlah kecil pasukan yang kini diprivatisasi, bukan jejak militer AS yang lebih besar dan dikontrak untuk mendukung pasukan AS dapat disambut oleh kepemimpinan militer AS dilapangan saat ini. Termasuk mantan kepala Komando Operasi Khusus Gabungan Letnan Jenderal Scott Miller, menurut sebuah sumber. Miller menggantikan Jenderal John Nicholson sebagai kepala pasukan AS dan NATO yang ada di Afghanistan pada bulan September.
Dalam sebuah wawancara eksklusif sebelumnya dengan Military Times, Prince mengatakan bahwa dia akan membatalkan misi NATO disana dan menggantikan sekitar 23.000 pasukan dinegara itu dengan kekuatan 6.000 personel kontrak dan 2.000 pasukan khusus yang aktif bertugas.
Potensi privatisasi Perang Afghanistan sebelumnya dihentikan Gedung Putih dan itu dikritik habis-habisan oleh Menhan AS Jim Mattis, yang memandangnya sebagai risiko dengan terus memaksakan tujuan keamanan nasional negara itu di tangan kontraktor.
“Ketika orang AS mempertaruhkan kredibilitas bangsa mereka, memprivatisasi itu mungkin bukanlah ide yang bijaksana”, kata Mattis kepada wartawan pada bulan Agustus.
Namun Jim Mattis sekarang telah mengundurkan diri, satu dari serangkaian gerakan yang mengejutkan sebagian besar pejabat Pentagon. Perubahan drastis yang akan “lebih mungkin” segera terjadi sekarang, kata seorang pejabat Departemen Pertahanan AS.