JakartaGreater.com – Akhir bulan lalu, Indonesia dilaporkan menyelesaikan pesanan baru untuk Kapal Cepat Rudal (KCR) yang sebelumnya telah dipertimbangkan. Kesepakatan itu menyoroti upaya berkelanjutan Jakarta untuk meningkatkan kemampuan maritim meski ada sejumlah tantangan yang tersisa, menurut The Diplomat pada hari Rabu.
Republik Indonesia telah lama terlibat dalam upaya memperkuat kemampuan maritimnya dan mengakui kenyataan serius bahwa diperlukan lebih banyak kapal dan pesawat terbang untuk sepenuhnya memantau garis pantai terpanjang kedua di dunia. Prioritas itu pun terus berlanjut dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi [Joko Widodo – red], dengan fokus pada aspek-aspek seperti meningkatkan industri pertahanan negara yang baru berkembang.
Salah satu aspek dari modernisasi yang terlihat adalah pengadaan Fast Attack Craft (FAC) alias Kapal Cepat Rudal (KCR) dari berbagai jenis, termasuk KCR-60M yang dibangun oleh produsen kapal milik negara, PT PAL.
Para pejabat Indonesia sebelumnya mengatakan bahwa Kapal Cepat Rudal ini akan menjadi pendorong bagi kemampuan negara, dengan kecepatan dan persenjataan yang mematikan menjadikannya berguna diberbagai fungsi termasuk untuk perang kepulauan.
TNI Angkatan Laut saat ini mengoperasikan 4 kapal KCR-60M yang ditugaskan sejak tahun 2014, dengan kapal ke-4 yang diharapkan akan dikirimkan setelah peluncuran pada bulan Februari 2018. Ada juga indikasi bahwa pekerjaan PT PAL untuk militer Indonesia semakin meningkat pada 2018 dan seterusnya, termasuk hingga empat KCR-60M tambahan.
Pekan lalu, aspek rencana modernisasi TNI AL ini menjadi sorotan dengan konfirmasi lebih lanjut beserta rincian yang diungkap tentang pesanan tambahan untuk Kapal Cepat Rudal. Pada akhir Desember 2018, sebuah kontrak teah ditandatangani Kementerian Pertahanan RI untuk pesanan empat kapal cepat rudal kelas KCR-60M.
Seorang pejabat senior dari PT PAL telah mengkonfirmasi kepada IHS Jane bahwa kontrak senilai Rp 2.800 triliun atau sekitar $ 195 juta adalah untuk kapal yang akan dibangun oleh PT PAL di fasilitasnya di Surabaya, dengan pekerjaan konstruksi fitted-for-but-not-with aka FFBNW untuk efektor tempur seluruh kapal perang, termasuk senjata, sensor dan sistem penanggulangan. Kemenhan RI diperkirakan akan mengeluarkan kontrak terpisahnya untuk sistem ini di kemudian hari.
Beberapa rincian tambahan telah diungkap tentang kapal dan kesepakatan baru, meskipun ada indikasi bahwa kapal pertama yang baru dipesan diharapkan dikirim mulai tahun 2021. Dan para pejabat pertahanan Indonesia sendiri dengan tepat telah memperingatkan bahwa meskipun terjadi peningkatan tambahan, negara masih membutuhkan lebih banyak untuk dapat memenuhi persyaratan TNI AL yang telah ditetapkan dalam rencana modernisasi.
Meskipun demikian, upaya pemerintah Indonesia untuk melakukan apa yang dapat dibuat pada front ini tetap menarik untuk disaksikan pada tahun 2019 dan memasuki tahun-tahun berikutnya juga.