JakartaGreater.com – Menyusul konfirmasi bulan lalu oleh BAE Systems bahwa Qatar telah menandatangani pesanan untuk 24 Eurofighter Typhoon, Kementerian Pertahanan Inggris mengungkapkan rincian paket pelatihan, seperti dilansir dari laman AIN Online.
Sementara itu, Eurofighter melaporkan bahwa produksi akhir dari 28 pesawat yang dipesan oleh Kuwait pada tahun 2016 sedang berlangsung dan bahwa mereka akan menjadi “varian paling canggih dari jet tempur yang pernah dibuat”.
Kontrak terbaru Qatar memperluas lini produksi akhir di fasilitas Warton BAE, yang mulai berkurang, hingga tahun 2020-an. BAE mengatakan bahwa kontrak senilai £ 5 miliar atau sekitar $ 6,8 miliar dan masih “tergantung pada kondisi pembiayaan”, dengan pembayaran pertama diharapkan pada pertengahan 2018. Namun MoD memberikan nilai “sekitar £ 6 miliar” untuk apa yang digambarkan sebagai “kesepakatan ekspor terbesar untuk proyek Typhoon dalam satu dekade”.
Pengiriman tidak akan dimulai sampai akhir 2022, yang mungkin memberikan waktu yang cukup bagi Qatar untuk dilatih terbang dan merawat pesawat, ketika angkatan udara negara itu juga mencoba untuk menyerap 36 unit Dassault Rafale dan 36 unit Boeing F-15QA Strike Eagles milikinya yang juga dipesan.
BAE Systems mengatakan akan mendirikan sebuah perguruan tinggi pelatihan teknis baru di Doha, Qatar yang berfokus menyediakan siswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk mendukung platform udara masa depan di Angkatan Bersenjata Qatar.
Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa “skuadron bersama” baru akan didirikan di pangkalan pelatihan Typhoon Royal Air Force, di Coningsby. Ini akan mengambil alih “plat nomor” Skuadron 12 dari skuadron Tornado GR4 yang dibubarkan.
Skuadron itu sementara akan mengintegrasikan personel Qatar, termasuk pilot beserta kru darat, tambah Kementerian Pertahanan Inggris. Ini direncanakan mengoperasikan beberapa Typhoon Tranche 1 yang sebelumnya akan dihapus oleh RAF, tetapi tahun lalu diputuskan untuk tetap bertahan.
Jet Typhoon Kuwait sedang dirakit di jalur produksi Leonardo di Italia, dan akan menjadi yang pertama dibangun dengan radar AESA Captor E-scan. Empat negara mitra Eurofighter asli telah membayar untuk pengembangan radar ini dimana sebuah prototipe pertama kali diterbangkan hampir 10 tahun yang lalu.
Akan tetapi, baik Jerman, Italia, Spanyol, maupun Inggris tidak memiliki komitmen untuk mendanai produksi dan retrofit armada Eurofighter Typhoon mereka menggunakan radar tersebut.
Leonardo pun mengatakan bahwa pod laser designator Sniper buatan Lockheed Martin akan diintegrasikan pada Typhoon Kuwait, termasuk pod pelatihan tempur DRS-Cubic ACMI P5. Jet-jet itu akan dilengkapi dengan rudal Storm Shadow dan Brimstone plus senjata udara-ke-permukaan lainnya buatan MBDA”, tambah perusahaan itu.
Kesepakatan dengan Kementerian Pertahanan Kuwait juga mencakup desain dan konstruksi infrastruktur di pangkalan udara Al-Salem. Dimana serangkaian perangkat pelatihan untuk membentuk unit konversi operasional percontohan ada di sana, dan layanan dukungan awal selama tiga tahun (dengan opsi untuk lima tahun berikutnya).
Pengiriman akan berlangsung dari tahun 2020 hingga 2023 mendatang.