JakartaGreater.com – Beijing terus mengupgrade J-10 bahkan ketika mengembangkan J-20 dan jenis pejuang baru lainnya. Pada pertunjukan udara dua tahunan di Zhuhai pada awal November 2018, jet tempur J-10B yang telah dilengkapi dengan mesin “thrust-vectoring” menunjukkan kemampuan manuver yang ekstrem, seperti dilansir dari National Interest.
Sementara para pengamat memusatkan perhatian pada pesawat tempur siluman J-20 baru China, Angkatan Udara PLA terus meningkat dan membangun lebih banyak jet tempur yang hanya sedikit kurang canggih, yakni J-10.
Sama seperti Angkatan Udara AS, dengan kombinasi jet tempur siluman dan non-siluman, Angkatan Udara PLA sedang mengembangkan armada tempur 2 lapis. Bersamaan dengan sejumlah J-20 yang mampu menghindar radar, Beijing memperoleh ratusan J-10 yang lebih konvensional.
Mesin tunggal, satu kursi J-10, produk dari Chengdu Aircraft Industry Group di barat daya China ini terbang perdana pada tahun 1998 dan memasuki layanan garis depan pada tahun 2003. Menampilkan sayap delta dan canard, dengan panjang 51 kaki. J-10 secara eksternal mirip dengan jet tempur Lavi buatan Israel yang telah disuntik mati, meski tidak ada bukti bahwa Beijing sengaja menyalin desain dari Lavi Israel.
Dalam hal kinerja dan juga misi, J-10 supersonik mirip dengan F-16 Angkatan Udara AS. Ini mampu melakukan misi udara-ke-udara dan misi udara-ke-darat.
Pada bulan November 2018, majalah online China Military menerbitkan foto-foto roket tak terarah J-10 yang ditembakkan ke tiruan sasaran darat. Sebuah foto terpisah bulan Agustus 2018 menggambarkan sebuah J-10 membawa rudal jelajah anti-radiasi (anti-radar) yang digunakan untuk menekan pertahanan udara musuh.
Laporan tahunan Pentagon edisi 2018 tentang kemampuan militer China menggambarkan varian J-10C terbaru sebagai “pesawat tempur generasi keempat yang dipersenjatai dengan senjata terbaru”.
Pada akhir 2017 lalu, Angkatan Udara PLA memiliki sekitar 260 unit J-10, menurut survei tahunan Flight Global tentang senjata udara dunia. J-10 merupakan 15 persen dari pesawat tempur PLA dan hampir setengah dari sekitar 600 jet tempur China yang pada 2018 silam, dianggap modern oleh Departemen Pertahanan AS.
Armada J-10 yang terus bertambah sibuk dengan latihan dan patroli kedaulatan udara. Pada musim gugur 2018, jet tempur J-10 terbang berdampingan dengan pesawat tempur China lainnya dalam latihan perang yang oleh angkatan udara Tiongkok disebut sebagai “langkah solid menuju kemampuan tempur komprehensif”.
Pada bulan Juli 2017, jet tempur J-10 bersenjata-rudal mencegat sebuah pesawat pengintai EP-3 Angkatan Laut AS yang terbang di atas Laut China Timur. Para pejabat AS pun telah menggambarkan jet tempur J-10 itu menghampiri dengan “tidak aman”.
Model J-10C terbaru yang memasuki layanan garis depan pada tahun 2018, menggunakan inlet mesin terbaru yang tampaknya mengurangi sinyal radar pesawat. J-10C mungkin juga memiliki radar AESA yang lebih kuat dan andal daripada sensor konvensional sebelumnya.
Meskipun China meningkatkan armada tempurnya dengan cepat, ini masih lebih kecil dan kurang modern daripada saingan utamanya. Pada tahun 2018 militer AS telah memiliki tak kurang dari 2.800 jet tempur, termasuk lebih dari 900 unit F-16 serta ratusan jet tempur F-22 dan F-35.