Rafale (foto:Wikipedia)
JakartaGreater.Com – Kontroversi pembelian pesawat tempur Rafale dari Prancis oleh Pemerintah India ternyata belum berakhir. Sebuah laporan media mengklaim bahwa Prancis membeli jet tempur Rafale dengan harga 50% lebih murah daripada pemerintah India – kembali memicu kontroversi baru.
Para pemimpin oposisi India menuduh pemerintah Modi menandatangani kesepakatan yang terlalu mahal.
Pemerintah Prancis telah membantah laporan media yang mengklaim bahwa Dassault Aviation telah menerima pesanan 28 jet tempur Rafale canggih oleh Pemerintah Prancis dengan harga 50% lebih murah dari pada harga kontrak India dengan Perancis.
India menandatangani kontrak dengan Dassault Aviation untuk 36 Rafale senilai 7,87 miliar euro pada tahun 2016.
Alexandre Ziegler, Duta Besar Prancis untuk India, mengatakan bahwa Prancis belum mengumumkan pembelian pesawat tempur baru.
Menurut Alexandre Ziegler, harga yang dimaksud media sebenarnya adalah harga untuk pengembangan Rafale yang sudah diproduksi sebelumnya. Biaya pengembangan menjadi standar F4 baru untuk Rafale adalah 28 unit Rafale tersisa untuk dikirim ke Angkatan Udara Prancis yang berasal dari kontrak pembelian sebelumnya, tegas Ziegler.
Aktivis dan pengacara hak-hak sipil India Prashant Bhushan, yang telah menentang kesepakatan pembelian Rafale yang ditandatangani oleh pemerintah India, sekali lagi menyerang pemerintah, menggunakan artikel yang diterbitkan oleh DefenseNews.com, penerbit berita terkemuka dunia tentang militer dan pemerintah.
Prashant Bhushan menanyakan dengan keras pembelian Rafale oleh Prancis dengan harga 2 milyar Euro untuk 28 pesawat. Sedangkan Pemerintah Modi harus membeli 36 Rafale dengan harga 7,87 milyar Euro.