Fighter bomber Su-34 (foto:Common Wikipedia)
JakartaGreater,Com – Kecelakaan yang menimpa Su-34 tidak mempengaruhi reputasi dari pembom supersonik buatan Rusia. Menurut analisa dari pakar Angkatan Udara, kecelakaan bisa menimpa pesawat tempur dari negara manapun, termasuk dari Rusia.
Dalam latihan di dekat laut Jepang baru-baru ini, dua pembom Su-34 Rusia bertabrakan di udara. Insiden itu menyebabkan satu Su-34 jatuh ke laut, sedangkan yang lain berhasil kembali ke pangkalan dengan menderita kerusakan berat.
Pada 18 Januari, kedua pesawat pembom Su-34 yang tergabung dalam Skuadron Pembom 277 sedang melakukan misi pelatihan di Laut Jepang, dan terlibat insiden tabrakan yang hingga kini masih belum diketahui penyebabnya.
Beberapa pihak menyakini, kecelakaan dua Su-34 mengungkapkan kekurangan dan kelemahan dari pembom supersonik milik Rusia tersebut, namun, beberapa pengamat yang lain berpikir sebaliknya.
Menurut pilot Mayor Andrei Krasnoperov, terjadinya insiden tabrakan di udara dalam latihan sangat jarang terjadi dan penyebab kecelakaan bisa disebabkan banyak hal, mungkin pilot, cuaca atau mungkin masalah teknis.
“Saat pilot beroperasi dalam cuaca buruk dan jarak pandang terbatas karena kabut asap. Biasanya dalam misi ini, dua pesawat akan terbang di dalam formasi sejajar.
Satu pesawat di depan dan satunya terbang dibelakangnya. Ada kemungkinan pesawat dibelakang kehilangan pandangan karena penglihatannya terganggu, ini bisa menjadi penyebab tabrakan ” kata Mayor Krasnoperov.
Kembalinya salah satu Su-34 ke pangkalan memperlihatkan dengan sangat jelas. Ini adalah Su-34 leader, dengan kerusakan mesin dan bodi belakang, sedangkan Su-34 lainnya, yang menabrak lebih kuat jatuh ke laut, demikian menurut analisa Mayor Krasnoperov.
Sedangkan Mayor Jendral Vladimir Popov, pilot Rusia mengatakan, selalu ada risiko dalam latihan udara. Apalagi latihan kompleks dan dilakukan dalam kondisi cuaca buruk.
“Untuk melakukan misi tempur, bahkan dalam latihan, pesawat sering terbang dengan jarak yang sangat dekat. Jika panjang pesawat 25-30m, terbang dengan jarak kurang dari 100 m. Bisa dibayangkan, jet tempur dengan kecepatan 700-900km / jam.
Apalagi mengendalikan logam yang beratnya puluhan ton di udara dalam kondisi pertempuran yang kompleks, yang memungkinkan segalanya terjadi dalam sepersekian detik. Ini bahkan lebih berisiko dalam kondisi cuaca buruk, “kata Mayor Jenderal Vladimir Popov.
Pilot Rusia lainnya, Alexander Garnaev mengatakan bahwa mengkoordinasikan pertempuran udara sangat sulit dan rumit. Ini seperti menyeimbangkan tali. Semua kegiatan harus seragam dan lancar.
“Ini adalah latihan yang sangat sulit. Kecelakaan bisa terjadi kapan saja. Ini tidak hanya terjadi di Rusia, tetapi bisa terjadi pada militer di dunia, “kata Alexander Garnaev.
Menurut Alexander Garnaev, kesulitan dari misi tempur adalah pilot kadang harus mematikan sistem peringatan tabrakan supaya pesawat dapat terbang dalam formasi sangat dekat. Itu semua juga tergantung pada pengalaman dan keterampilan pilot.