JakartaGreater.Com – Angkatan Udara China menerbangkan pesawat pengintai Y-8 yang dikawal oleh pesawat tempur Su-27 ke perairan di dekat Taiwan dalam unjuk kekuatan terbaru.
Menanggapinya, Taipei meluncurkan pesawat dan kapal perang sebagai tanggapan atas latihan jarak jauh pesawat pengintai dan pesawat tempur Tiongkok, rilis kementerian pertahanan Taiwan.
Latihan penerbangan pesawat Tiongkok dilakukan beberapa hari setelah Komandan Angkatan Laut AS mengatakan dirinya tidak mengesampingkan pengiriman kapal induk ke Selat Taiwan.
Jet tempur Sukhoi Su-27 dan pesawat intai Shaanxi Y-8, terlihat terbang di atas Selat Bashi, perairan yang juga disengketakan di utara Filipina, kata Kementerian Pertahanan Taiwan.
Pesawat – pesawat militer China terbang dari bagian selatan Cina dan terbang melalui Selat Bashi, dan diteruskan ke Pasifik barat.
Angkatan Laut dan Angkatan Udara PLA telah melakukan patroli secara reguler di perairan dan wilayah udara yang dekat dengan pulau yang memiliki Pemerintahan sendiri sejak pro-kemerdekaan Tsai Ing-wen terpilih sebagai presidennya pada 2016.
Tetapi latihan terakhir ini terlihat penting karena baru saja beberapa hari yang lalu Kepala Angkatan Laut AS, John Richardson, mengatakan kepada wartawan di Tokyo pada hari Jumat bahwa Washington tidak mengesampingkan pengiriman kapal induk melalui Selat Taiwan.
Awal bulan ini, Presiden Cina Xi Jinping mengingatkan, Beijing tidak hanya akan mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk menyatukan kembali Taiwan dengan daratan tetapi juga “memiliki opsi untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan” terhadap militer dari luar yang ikut campur.
Pada bulan Oktober, Presiden Xi tanpa ragu lagi memerintahkan wilayah militer yang bertanggung jawab untuk memantau Laut Cina Selatan dan Taiwan untuk “mempersiapkan perang”.
Kantor Urusan China yang menangani Taiwan berulang kali mengatakan bahwa Taiwan akan menghadapi “jalan buntu” jika menolak untuk mengakui konsensus 1992, yang merupakan pemahaman bahwa kedua belah pihak adalah bagian dari satu China tetapi tetap memberi ruang bagi mereka untuk memiliki interpretasi sendiri.
Sikap Beijing yang semakin agresif mendorong Tsai bulan ini untuk menyerukan dukungan internasional dalam membela demokrasi Taiwan, sementara AS menyatakan mengamati dengan seksama langkah-langkah yang dilakukan Beijing terhadap Taiwan.