JakartaGreater.com – Gambar pertama dari pesawat pembom siluman nirawak Rusia yang baru dan dikerahkan ke Siberia, Timur Jauh negara itu telah muncul, seperti dilansir dari laman Military Watch pada hari Jumat.
Sejauh ini merupakan investasi paling besar negara itu dalam pesawat tempur tak berawak canggih. Dinamai sebagai Okhotnik, jet siluman itu telah dibangun oleh biro desain Sukhoi – yang juga bertanggung jawab untuk mengembangkan pesawat tempur siluman pertama di negara itu, yakni Su-57.
Pesawat berukuran besar baru ini menjalani tes pertamanya pada musim panas 2019, dan penempatannya oleh Angkatan Udara Rusia (VKS) akan memiliki implikasi yang signifikan bagi kemampuan serangan negara itu.
Okhotnik diharapkan untuk melakukan peran sebagai pembom taktis jarak pendek hingga menengah, melengkapi peran strategis jarak jauh dari pembom siluman kelas berat PAK DA yang akan datang.
Bomber ini menggunakan desain sayap yang mirip dengan pembom siluman Sharp Sword China yang diluncurkan pada tahun 2018. Desainnya ini juga agak mirip dengan platform yang lebih ringan yang digunakan oleh Iran berdasarkan pesawat nirawak RQ-170 AS yang ditangkap oleh IRGC pada tahun 2011.
Kemampuan Okhotnik dan peran akhir yang ambisius ini tampaknya dirancang memenuhi kontras dengan desain UAV tempur Rusia sebelumnya – dengan kemampuan Korsar yang ringan dan jauh tertinggal dari UAV tempur yang diproduksi oleh China maupun Amerika Serikat.
Analis Barat berspekulasi bahwa drone Rusia yang baru kemungkinan akan lebih mampu daripada platform serupa buatan Barat yang saat ini dalam pelayanan, dimana AS telah melakukan investasi yang relatif sedikit dalam kemampuan siluman untuk drone tempur buatannya sendiri.
Okhotnik tampaknya dirancang untuk menembus wilayah udara musuh untuk menyerang situs-situs taktis utama dibelakang garis musuh – baik itu target NATO di Eropa dan Arktik atau infrastruktur militer AS di Korea Selatan ataupun Jepang.
Pengembangan kemampuan anti-kapal juga tetap menjadi kemungkinan terbesar – dengan profil drone yang menghindari radar berpotensi mengurangi waktu peringatan untuk kapal perang musuh yang diserang.
Investasi dalam kemampuan siluman “high-end” pada pesawat nirawak tampak berpotensi menjadi cara yang jauh lebih efektif dari segi biaya dalam memperoleh kemampuan untuk penetrasi canggih daripada pengebom siluman kelas berat dan berawak seperti B-2 Spirit AS – sebuah platform yang berharga lebih dari $ 2 miliar per unit.
Penggunaan pesawat nirawak untuk misi berisiko tinggi seperti itu juga membuat mereka layak dan dapat dihabiskan, ini sangat mengurangi risiko penggelaran pesawat tempur ke wilayah udara musuh.
Jika Okhotnik memasuki layanan garis depan dalam waktu dekat, maka Rusia tentu akan mengerahkan jenis pesawat tempur canggih yang tidak dimiliki sepenuhnya oleh NATO – dan kemungkinan akan mengarahkan Blok Barat yang tengah berupaya mengembangkan analognya sendiri.
Drone tempur MQ-9 Reaper Amerika Serikat, meskipun diklaim tangguh, ini tak memiliki kecepatan dan kemampuan bertahan yang diperlukan untuk bisa menembus wilayah udara musuh yang dipertahankan dengan baik melawan platform siluman.
Amerika Serikat pada gilirannya sangat mungkin untuk mengembangkan platform yang sama, dengan UAV stealth non-tempur seperti RQ-170 yang telah beroperasi selama lebih dari satu dekade. Dan berfokus pada kontra-pemberontakan dan pengintaian dari program drone AS.
Berarti bahwa platform yang dirancang untuk konflik melawan musuh dari dekat, dan juga memerlukan untuk integrasi kemampuan kelas atas seperti yang dilakukan oleh Okhotnik, hingga kini masih belum dikembangkan.