JakartaGreater.com – Jerman akan memilih jet tempur Eurofighter Typhoon atau Boeing F/A-18 Super Hornet untuk menggantikan armada Tornado, sementara pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35 gugur dalam tender bernilai miliaran euro tersebut, sebut sumber Kementerian Pertahanan Jerman pada hari Kamis, seperti dilansir dari Reuters.
Kemhan Jerman akan membuat keputusan akhir setelah menerima informasi terperinci dari Boeing dan Airbus tentang pesawat yang mereka tawarkan serta harus mampu membawa senjata nuklir A.S. untuk bisa memenuhi kewajiban Jerman terhadap NATO, kata sumber tersebut.
Tidak ada jadwal untuk keputusan yang diberikan, tetapi proses itu bisa memakan waktu karena pemerintah A.S. harus mengesahkan kedua jet itu untuk membawa senjata nuklir. Jerman saat ini memiliki 85 jet Tornado operasional, tetapi tidak semua dilengkapi untuk membawa senjata nuklir.
Angkatan Udara Jerman sekarang juga akan bergerak maju dengan rencana yang telah lama ditunggu-tunggu untuk menggantikan 33 unit jet tempur Typhoon tertuanya, yang sekarang digunakan terutama untuk patroli udara atau pelatihan dengan Typhoon baru yang lebih berkemampuan di tahun-tahun mendatang, lanjut sumber tersebut.
Langkah tersebut akan diterjemahkan menjadi pesanan senilai hingga E.U. € 3 miliar atau A.S $ 3,4 miliar untuk perusahaan Airbus, menurut sumber yang mengetahui masalah ini.
Dalam memasarkan F/A-18 Super Hornet, Boeing telah menggarisbawahi tingkat kesiapan yang tinggi, biaya yang relatif rendah serta kemampuan serangan elektronika yang kuat, argumen yang kian menggema di kalangan militer Jerman.
Keputusan Jerman tersebut menandai kemunduran besar bagi Lockheed Martin, pembuat senjata utama A.S., yang berharap dapat menambah penjualan F-35-nya baru-baru ini ke negara-negara Eropa lainnya, termasuk Belgia.
Kepala Staf Angkatan Udara Jerman dipecat tahun lalu setelah ia menyatakan preferensi yang jelas untuk ketertarikannya kepada F-35. Kemhan Jerman kemudian mengatakan bahwa mereka lebih menyukai “solusi Eropa”.
Airbus menyambut dengan baik berita tentang pembelian pengganti Eurofighter Tornado, dan mengatakan tetap yakin bahwa jetnya menawarkan prospek risiko terendah untuk mengganti armada jet tempur Tornado Jerman.
Lockheed Martin mengatakan bahwa mereka belum secara resmi diberitahukan tentang keputusan Jerman tersebut. Dikatakan bahwa F-35 menawarkan biaya siklus hidup yang paling kapabilitas dan “terendah” dari setiap jet tempur yang ada di pasar, dan peluang industri dan ekonomi jangka panjang untuk Jerman.
Boeing menolak berkomentar, sama halnya dengan kedutaan A.S. di Berlin.
Partai Demokrat Sosial (SPD) Jerman, mitra junior di koalisi Kanselir Angela Merkel yang berkuasa, telah berargumentasi menentang keputusan apa pun yang tergesa-gesa untuk membeli pesawat tempur buatan A.S. dan menuntut dilakukan studi lebih lanjut.
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen, seorang konservatif, telah menjanjikan keputusan mengenai rencana pengadaan pada akhir tahun 2018, tetapi kementeriannya terperosok dalam skandal mengenai penggunaan konsultan asing dan masalah lainnya.
Para pejabat militer berpendapat bahwa Tornado, yang mulai beroperasi dalam Angkatan Udara Jerman sejak tahun 1983, perlu penggantian segera karena meningkatnya biaya perawatan. Sumber yang akrab dengan masalah ini mengatakan harganya bisa mencapai € 8 miliar untuk menjaga pesawat dapat terbang diatas tahun 2030.
Sumber yang mengetahui proses itu, tahun lalu mengatakan kementerian ingin membagi pembelian di antara salah satu dari dua – F-35 dan F/A-18 – jet tempur buatan A.S. dan Eurofighter Typhoon yang dibangun Airbus, BAE Sistem Inggris dan Leonardo SpA dari Italia. Tetapi sekarang Berlin tampaknya hanya akan memilih satu pemenang.
Paris, mitra terdekat Jerman di Eropa, telah memperingatkan bahwa membeli F-35 secara khusus dapat menggagalkan rencana untuk mengembangkan pesawat tempur gabungan Prancis-Jerman terbaru pada tahun 2040.