JakartaGreater.com – Pada tanggal 31 Januari 2019, Komando Strategis Angkatan Darat Pakistan melaksanakan uji coba rudal balistik jarak dekat Nasr/Hatf-IX. Tes adalah yang kedua yang juga melibatkan rudal balistik Nasr berlangsung pada Januari 2019 lalu, seperti dilansir dari media pemerintah Pakistan, Inter Services Public Relations (ISPR).
Pengujian itu “ditujukan untuk menguji kemampuan manuver terbang ekstrim, termasuk kemampuan manuver penerbangan akhir”, menurut catatan ISPR. Rudal permukaan jarak pendek Nasr mampu mengalahkan, sistem BMD (pertahanan rudal balistik) yang tersedia saat ini atau sistem lain yang sedang dalam pengadaan/pengembangan”, pernyataan itu menambahkan.
Penekanan pada pertahanan rudal balistik datang ketika India mengantisipasi pengiriman sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 dari Rusia pada bulan Oktober 2020. Sistem S-400 Rusia, tergantung dengan konfigurasinya, mampu melakukan intersepsi endo dan exo atmosfer dari rudal balistik dan rudal jelajah.
Pengujian Nasr Pakistan di bulan ini juga dilakukan tak lama setelah rilis Missile Defense Review (MDR) 2019 Amerika Serikat, yang mencakup pengakuan bahwa Amerika Serikat telah membahas potensi kerjasama pertahanan rudal dengan India. Amerika Serikat dan India telah berkonsultasi mengenai sistem pertahanan rudal tersebut, setidaknya sejak pertengahan 2000-an, tetapi India belum mendapatkan satupun sistem pertahanan misil dari A.S. sampai saat ini.
MDR menggambarkan konteks pembicaraan A.S. dengan India mengenai pertahanan rudal yang berasal dari fakta bahwa “sejumlah negara di Asia Selatan sedang mengembangkan beragam kemampuan peluru kendali dan rudal jelajah yang canggih dan beragam. Namun, Pakistan tidak disebutkan dalam laporan MDR tersebut.
Pengujian Nasr pada bulan Februari juga mengikuti rilis Doktrin Pertempuran Darat 2018 oleh Angkatan Darat India.
Ujicoba rudal Nasr terbaru mengikuti pengujian beberapa hari sebelumnya. Menurut ISPR, tes itu melibatkan peluncuran quad salvo untuk efek yang diinginkan. Rudal Nasr adalah sistem senjata, presisi, tembak dan meluncur tinggi dengan kemampuan manuver dalam penerbangan. Tes lain pada tahun 2017 diketahui bahwa jangkauan Nasr diperpanjang dari 60 km hingga 70 km.
Pakistan mengadopsi Nasr sebagai “tanggapan atas rencana India” untuk meningkatkan waktu mobilisasi dibawah doktrin Cold Start. Doktrin Cold Start ada untuk operasi militer konvensional. “Apakah harus melakukan operasi konvensional untuk serangan semacam itu adalah keputusan yang dipikirkan secara matang, yang melibatkan pemerintah serta Komite Kabinet untuk Keamanan“, kata Jenderal Bipin Rawat, Panglima Militer India pada 6 Januari 2017.
Penempatan Nasr di Pakistan telah menimbulkan kekhawatiran tentang penggunaan nuklir secara tidak sengaja di Pakistan. Seperti yang dijelaskan Rajeswari Rajagopalan pekan lalu, “Senjata semacam itu harus dikerahkan ke depan, dan kendali atas senjata-senjata ini perlu didelegasikan ke tingkat komando yang lebih rendah, yang bakal meningkatkan kemungkinan senjata ini digunakan tanpa izin dari komando pusat”.