JakartaGreater.com – Angkatan Laut Amerika Serikat (USN – U.S. Navy) akan memberikan kontrak sumber tunggal kepada Raytheon Co,. untuk pengurangan risiko maturasi teknologi disingkat TMRR dan fase rekayasa, manufaktur, dan pengembangan atau EMD dari AGM-154 Joint Stand-Off Weapon (JSOW) varian extended-range (ER), seperti dilansir dari laman IHS Jane pada tanggal 8 Februari.
Sebuah pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Komando Sistem Udara Angkatan Laut AS (NAVAIR) pada tanggal 7 Februari, mencakup fase TMRR dan EMD dari rudal udara-ke-permukaan jarak jauh JSOW-ER yang dimaksudkan melengkapi armada Boeing F/A-18E/F Super Hornet dan Lockheed Martin F-35C Lightning II Joint Strike Fighter (JSF).
Penempatan rudal dijadwalkan paling lambat tahun fiskal 2023.
JSOW-ER memiliki ukuran, bentuk, dan berat yang sama dengan senjata glide JSOW dasar, namun itu menggabungkan turbojet Hamilton Sundstrand TJ-150 (seperti yang dipasang pada MALD [miniatur air-launched] Raytheon) untuk memberikan jangkauan yang dilaporkan sekitar 463 km (dibanding dengan 22 km untuk JSOW standar).
Sementara itu Raytheon mengatakan bahwa mereka mengharapkan jangkauan efektif maksimum dari JSOW-ER tersebut adalah 555,6 km ketika diluncurkan dalam kondisi optimal.
Menurut IHS Jane: Air-Launched, JSOW-ER itu berbagi pencitraan inframerah yang ditingkatkan dengan upgrade (2IR / IIR) yang sama dengan varian JSOW AGM-154C-1, yang mencakup mode baru (perangkat lunak yang dimodifikasi) untuk melibatkan target bergerak di laut.
Ini dilengkapi dengan Rockwell Collins TacNet 1.0 (datalink senjata serangan umum dua arah alias SCWDL) yang memungkinkan pesawat peluncuran atau pengontrol lain yang ditunjuk untuk memberi pembaruan target real-time untuk senjata, atau untuk mengalihkannya ke target lain di tengah penerbangan.
Dalam hal hulu ledak, JSOW-ER ini dapat dipasang dengan efek penetrasi yang sama dengan BROACH multistage (Bomb Royal Ordnance Augmented Charge) yang dikembangkan oleh BAE Systems, namun itu hanya dengan lebih sedikit ledakan/fragmentasi. Ini mungkin memasukkan lebih sedikit baja di hulu ledak atau mengadopsi senjata fragmentasi baru.
Pesawat udara demonstran yang diterbangkan pada Oktober 2009 lalu memiliki ruang kosong berisi bahan bakar di mana hulu ledak BLU-111 akan dipasang ke senjata standar, sementara Raytheon mencatat bahwa produksi JSOW-ER ini akan memiliki hulu ledak yang lebih kecil untuk mengakomodasi tangki bahan bakar yang diperlukan.