JakartaGreater.com – Setidaknya seorang pakar senjata di Angkatan Darat A.S jelas mencintai film “The Fifth Element” sebagai seorang anak, seperti dilansir dari laman Task & Purpose pada hari Rabu.
Sebuah tim peneliti di Angkatan Darat telah merekayasa amunisi granat 40 mm dengan jaring di dalamnya untuk menjatuhkan kendaraan udara nirawak alias drone, menurut paten terbaru pada hari Selasa.
Tiga peneliti di Pusat Penelitian, Pengembangan dan Rekayasa Persenjataan Angkatan Darat di Picatinny Arsenal di New Jersey, Amerika Serikat merancang “hulu ledak” amunisi yang tak biasa untuk menjerat baling-baling drone terbang rendah daripada memaksa tentara mengandalkan penanggulangan kinetik atau elektronik.
Alih-alih meluncurkan jaring secara langsung, granat itu diaktifkan oleh sensor proximity (jarak) 30 cm dari sasaran, mengeluarkan jaring dengan akurasi dan durasi yang meningkat secara signifikan dibanding dengan, katakanlah, bola sepasang yang dilempar dengan tangan.
“Ketika peluru mendekati target, sinyal dari papan kontrol mengaktifkan servo. Servo menarik kunci pada plunger pusat untuk melepaskan mekanisme bola. Ini melepaskan seksi ogive yang memungkinkan pegas ejeksi untuk mengeluarkan kelopak dan bobot bersama dengan jaring yang tersimpan di dalam”, menurut catatan paten.
Lebih penting lagi, granat jaring 40 mm ini sangat kompatibel dengan peluncur granat single-shot underslung M302 yang merupakan tambahan yang sering di temukan pada senapan serbu M16 edisi M4 carbine standar, termasuk peluncur granat belt-fed Mk 19.
Jaring bukanlah tindakan balasan yang sama sekali baru terhadap drone lawan. Menyusul kekhawatiran keamanan 2015, ketika pasir radioaktif secara sengaja dijatuhkan oleh pesawat nirawak ke atap kantor Perdana Menteri Shinzo Abe di Tokyo, polisi Jepang mulai menggunakan “jaring” yang dipasang pada drone untuk bertugas sepagai kiper melawan sistem nirawak yang datang.
Namun tindakan pencegahan Jepang membutuhkan “pilot yang terlatih untuk mencoba menangkap UAS yang jauh lebih ringan, lebih cepat dan tentu lebih bermanuver”, catat para peneliti, sebuah tugas yang “paling sulit”.
Menambahkan bila peluncur yang direkayasa secara khusus ke sistem senjata infanteri, menurut mereka, sangat meningkatkan akurasi, efektifitas tindakan kontra-UAS berbasis jaring.
Tidak ada kabar tentang apakah Angkatan Darat berencana untuk melakukan kontrak dengan Zorg Enterprises untuk persyaratan hulu ledak jaring di masa depan.