JakartaGreater.com – Pada tanggal 12 Februari 2019 yang lalu, Wakil KSAD Letjen TNI Tatang Sulaiman ditemani pejabat terkait lainnya mengunjungi pabrik Avibras di Sao Paulo, Brasil, seperti dilansir dari media sosial TNI Angkatan Darat.
Kunjungan tersebut merupakan yang kedua dari perwakilan pertahanan Indonesia. Sebelumnya pada akhir April 2018, KSAD Jenderal TNI Mulyono yang ditemani Dirut PT Pindad (Persero) Abraham Mose telah lebih dulu berkunjung ke pabrik pembuat sistem artileri multilaras Astros II tersebut. Dalam kunjungan tersebut dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara tiga pihak, yaitu Pindad, TNI dan Avibras Brasil.
Seperti diketahui bersama, di kawasan Asia Tenggara, selain Malaysia, Indonesia adalah pengguna sistem peluncur roket multilaras (MLRS) buatan Negeri Samba, karena TNI AD sendiri mulai menerima MLRS Astros II pada bulan Agustus 2014. Selanjutnya, dua baterai MLRS Astros II dibagikan masing-masing untuk Yonarmed 1/Malang, Jawa Timur dan Yonarmed 10/Bogor, Jawa Barat, seperti dilansir dari laman Angkasa Review.
Terkait kunjungan para petinggi TNI AD, perwakilan Kementerian Pertahanan RI, dan PT. Pindad ke Avibras tersebut, tujuannya adalah menjalin kerjasama produksi roket untuk MLRS Astros II di Tanah Air. Dan rencananya pabrik munisi Pindad di Turen, Malang telah ditunjuk untuk memproduksinya. Akan tetapi, selongsongnya (tabung roket) tetap didatangkan dari Brasil.
Abraham menjelaskan, adanya kepercayaan alih teknologi ini menjadikan kekuatan baru bagi PT Pindad dalam menjadi industri pendukung kemandirian pertahanan Indonesia.
“Karena kebutuhan TNI banyak sekali, apalagi amunisi latihan, arahan dari Kasad adalah Pindad yang harus mampu membuat itu. Jadi selongsongnya dari sana, kita isi, kita rakit di Turen (Malang), dipakai TNI”, kata Abraham.
Dilansir dari laman liputan6.com, PT Pindad akan melakukan perakitan roket darat-ke-darat jarak menengah tersebut. Tak hanya itu, bahkan untuk ke depan, Pindad berencana untuk membuat kendaraan pengangkut roketnya (transporter) secara mandiri.
Untuk jenis roketnya sendiri, MLRS Astros II dapat meluncurkan beragam kaliber. Mulai dari jenis roket SS-30 kaliber 127 mm sebanyak 32 unit, lalu SS-40 kaliber 180 mm sebanyak 16 unit roket.
Untuk roket berkaliber besar yakni 300 mm tersedia SS-60, SS-80, dan SS-150. Seluruhnya hanya untuk empat tabung saja. Jangkauan tembak roket bervariasi mulai dari 85 hingga 300 km.
Disebutkan pula bahwa kebutuhan TNI akan roket untuk sistem Astros II ini cukup besar. Setiap tahunnya, TNI membutuhkan setidaknya 3.000 roket baik itu untuk latihan atau untuk pertahanan. Banyaknya kebutuhan inilah yang menjadi alasan Pindad mencoba untuk alih teknologi dengan Brasil.
Dengan dibuatnya roket tersebut di Indonesia, Pindad akan mendapatkan transfer teknologi untuk pembuatan persenjataan strategis ini. Sebuah ilmu pengetahuan yang sangat berharga.