Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Merkel: Upaya Perlucutan Senjata Harus Termasuk Eropa dan China, Bukan Cuma AS, Rusia

JakartaGreater.com – Kanselir Jerman Angela Merkel ini muncul di tengah-tengah perselisihan antara Moskow dan Washington, setelah pemerintah AS secara resmi mengumumkan penangguhan Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak-Menengah (INF), seperti dilansir dari laman Sputnik pada hari Sabtu.

“Perlucutan senjata adalah sesuatu yang menjadi perhatian kita semua, di mana kita berada, tentu saja, akan senang jika pembicaraan seperti itu diadakan tidak hanya antara Amerika Serikat, Eropa dan Rusia tetapi juga dengan China”, tutur Angela Merkel pada Konferensi Keamanan di Munich pada hari Sabtu.

Mengomentari permasalahan ini, Menteri Ekonomi dan Energi Jerman Peter Altmaier sebelumnya mencatat bahwa penghentian perjanjian INF ini dapat menyebabkan perlombaan senjata baru.

Sebelumnya pada bulan Februari, Washington mengatakan mereka menangguhkan kewajibannya berdasarkan Perjanjian INF, sedang Rusia menanggapi dengan cara yang sama. AS mengatakan akan cabut dalam enam bulan, kecuali Rusia kembali mematuhi perjanjian, sementara Moskowm membantah semua tuduhan melanggar perjanjian. AS juga telah berulang kali menekankan bahwa mereka menginginkan perjanjian baru yang akan mencakup China dan negara-negara lain dengan rudal balistik jarak menengah.

Pangkalan udara Al-Tanf militer Amerika di Suriah © Rodi Said via Reuters

Konflik di Suriah

Ketika berbicara tentang situasi di Timur Tengah, Merkel juga mengklaim bahwa penarikan pasukan Amerika Serikat dari Suriah, menciptakan risiko Moskow dan Teheran dapat meningkatkan pengaruh mereka di wilayah tersebut.

“Apakah itu merupakan hal yang baik untuk segera menarik pasukan AS dari Suriah sekarang, atau akankah itu memperkuat kapasitas Iran dan kapasitas Rusia untuk mempengaruhi situasi di lapangan? Itu juga adalah sesuatu yang harus diskusikan [oleh NATO] dan sangat banyak hal yang perlu kita lakukan untuk membahasnya”, kata Merkel dalam konferensi.

Pada bulan Desember, Presiden AS Donald Trump menyatakan kemenangan mutlak atas Daesh [IS, ISIS] dan mengatakan dia akan menarik sekitar 2.000 tentara AS yang saat ini dikerahkan di Suriah.

Namun, Gedung Putih mencatat kemudian bahwa Trump tak akan mengungkapkan jadwal untuk menarik pasukan negara itu, menekankan bahwa perjuangan koalisi internasional pimpinan AS melawan terorisme akan terus berlanjut.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest

Penulis: