JakartaGreater.com – Taiwan telah meminta armada pesawat tempur baru dari AS, tapi tanpa menentukan jenisnya, dan telah menyerahkan permintaan itu kepada AS supaya merekomendasikan opsi, menurut pejabat pertahanan Taiwan, sepreti dilansri dari laman Defense News pada hari Selasa.
Wakil Menteri Pertahanan Taiwan, Shen Yi-ming mengatakan kepada wartawan bahwa permintaan jet tempur baru telah diajukan, dengan AS untuk memberi nasihat tentang jenis dan jumlah jet tempur yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasional negaranya.
Berbicara dalam acara terpisah, kepala Divisi Perencanaan dari Markas Besar Komando Angkatan Udara Taiwan, Mayor Jenderal Tang Hung-an, membenarkan tentang hal ini, dan mengutip bahwa surat permintaan (RFI) yang baru-baru ini diajukan kepada AS untuk membeli sejumlah jet tempur.
Seperti dikutip outlet berita Focus Taiwan, Mayjen. Tang Hung-an mengatakan bahwa “F-15, F-18, F-16 dan bahkan F-35 adalah termasuk diantara opsi, selama jet tersebut membantu memperkuat kemampuan pertahanan udara kami”.
Para pejabat pertahanan pun menanggapi sebuah artikel di surat kabar berbahasa China Apple Daily, yang mengklaim bahwa permintaan itu adalah untuk membeli armada 66 jet tempur Lockheed Martin F-16V dengan biaya $ 13 miliar, sebagai bagian dari paket yang akan mencakup rudal dan logistik terkait, serta pelatihan pilot dan juga personel pemeliharaan.
Hal yang tak biasa dari permintaan tersebut adalah menempatkan tanggung jawab atas keputusan itu kepada AS dan kemungkinan dirancang untuk memastikan bahwa setiap permintaan Taiwan untuk jet tempur baru tak ditolak seperti permintaan sebelumnya, sebagian karena kewaspadaan membuat marah China, yang memandang Taiwan sebagai provinsi pembangkang dan China belum mengesampingkan penggunaan militer untuk mengambil kembali pulau itu.
Salah satu permintaan dari Taiwan sebelumnya termasuk 66 jet tempur F-16 baru, yang telah ditolak oleh pemerintahan Obama. Gedung Putih pada saat itu malah menawarkan untuk meningkatkan armada Taiwan yang ada, yakni sekitar 140 unit F-16A/B Block 20, menjadi F-16 Blok 70, dan batch pertama dikirim ke Angkatan Udara Taiwan. Namun, Tang mencatat proses ini terlambat.
Taiwan juga telah menyatakan minatnya kepada pemerintah AS untuk Lockheed Martin F-35 Lightning II, tetapi ini juga dilaporkan ditolak karena khawatir teknologi sensitif jet tersebut bisa jatuh ke tangan China. Tiongkok dikatakan menjalankan operasi spionase di Taiwan, dan ada beberapa kasus besar dimana personil militer Taiwan telah didakwa melakukan kegiatan mata-mata untuk China.
Upaya China baru-baru ini untuk memodernisasi militernya secara perlahan tapi pasti mengikis keunggulan lokal Taiwan, kekuatan ekonomi dan diplomatiknya membuat banyak negara khawatir menjual senjatanya ke Taiwan karena takut membuat marah China, yang pada dasarnya menempatkan pemerintahan pulau itu di bawah embargo senjata.
AS terikat oleh Undang-Undang Hubungan Taiwan 1979 untuk “menyediakan artikel pertahanan dan juga layanan pertahanan kepada Taiwan dalam jumlah yang mungkin diperlukan agar Taiwan dapat mempertahankan kemampuan pertahanan memadai”.
Selain F-16, Angkatan Udara Taiwan mengoperasikan Mirage 2000 Prancis dan pesawat tempur buatan lokal AIDC F-CK-1 Ching-kuo, meskipun ketiga tipe tersebut berasal dari tahun 1990-an dan akan segera digantikan, bahkan setelah modernisasi.