JakartaGreater.com – Pakistan mengakuisisi 48 drone bersenjata (UCAV) China bersama dengan transfer teknologi. Drone bersenjata kini dianggap sebagai senjata kritis terhadap sistem pertahanan rudal S-400 Rusia yang akan segera menjadi bagian Angkatan Udara India. Kesepakatan itu juga memastikan interoperabilitas antara tentara PLA China dan militer Pakistan, seperti dilansir dari laman Sputnik.
Pakistan dan China telah meneken kontrak yang memfasilitasi pembelian 48 unit drone bersenjata Wing Loong II untuk Angkatan Udara Pakistan. Itu diproduksi oleh Chengdu Aircraft Industrial milik pemerintah China, Wing Loong II adalah sistem pengintaian dan penyerang multi-peran.
Tim Aerobatik Angkatan Udara Pakistan juga mengkonfirmasi pengembangan di halaman Facebook resminya pada saat India menyelesaikan kesepakatan senilai $ 5,43 miliar guna pembelian 5 sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
Analis strategis India menganggap ini sebagai senjata penting di gudang senjata Pakistan untuk menjenuhkan wilayah udara tanpa perlu rugi banyak dari musuh. Pravin Sawhney, analis strategis senior dan editor majalah pertahanan “Force”, menjelaskan bahwa drone bersenjata, jika diluncurkan dari dekat perbatasan, akan memberikan waktu reaksi sangat sedikit bagi sistem pertahanan rudal India, hingga bisa menyerang sebagian besar sistem rudal pertahanan udara India.
“Begitu mereka (Pakistan – red) memiliki UAV bersenjata ini, maka mereka akan memiliki kemampuan untuk meluncurkan itu dan pasukan kita harus menggunakan rudal untuk melawan mereka. Sekarang mereka benar-benar tak akan kehilangan apapun atau sangat kecil dibandingkan dengan apa yang akan kita gunakan untuk menjatuhkannya”, menurut Sawhney.
Menambahkan bahwa selain itu, akan ada banyak kebingungan mengenai apa sebenarnya ancaman udara itu. Artinya di perbatasan akan datang UCAV, yang akan memberi waktu reaksi yang sangat sedikit bagi sistem S-400 untuk bersiap mencegat dan melumpuhkan mereka.
“Pada dasarnya, mereka akan mencoba untuk menjenuhkan ruang pertahanan udara kita. Sehingga benar-benar menjenuhkan banyak rudal kita dan melibatkan banyak perhatian”, jelas Sawhney.
Tim Aerobatic Sherdils Angkatan Udara Pakistan juga mengumumkan bahwa pada masa depan, pembuat pesawat nirawak China dan Kompleks Penerbangan Pakistan Kamra akan bersama-sama memproduksi pesawat tempur nirawak di Pakistan dengan alih teknologi.
Ini adalah kolaborasi besar dalam hal drone yang mematikan, karena AS membatasi ekspor drone yang sangat canggih seperti MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper ke negara lain. India berencana untuk mengakuisisi salah satu drone bersenjata Amerika tersebut, tetapi tidak yakin apakah kesepakatan itu akan dapat diselesaikan dalam waktu dekat.
Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel semata-mata adalah pandangan dari analis dan tidak mencerminkan pandangan JakartaGreater.com.