JakartaGreater.com – Parade militer tahunan peringatan hari jadi Pakistan di Islamabad, yang diadakan tanggal 23 Maret, menampilkan arsenal militer secara besar-besaran pada sekutu, sambil mengirimkan pesan halus namun berbeda ke India dan Amerika Serikat, seperti dilansir dari laman Defense News pada hari Senin. (25/3/2019)
Tiga tamu asing yang paling terkenal diantaranya Perdana Menteri Malaysia Dr Mahathir Mohamad, Menteri Pertahanan Azerbaijan Jenderal Zakir Hasanov dan Komandan Garda Nasional Bahrain, Letnan Jenderal Sheikh Mohamed Bin Isa Bin Salman Al-Khalifa.
Azerbaijan dan Malaysia sedang didekati Pakistan sebagai calon pelanggan untuk JF-17, sedangkan Bahrain baru-baru ini menjadi pelanggan ekspor pertama kendaraan tempur lapis baja yang dirancang oleh Grup Cavalier Pakistan.
Negara lain yang berpartisipasi dalam pawai termasuk China, Sri Lanka, Arab Saudi, dan Turki. Sementara itu, China dan Turki juga mengirimkan pesawat untuk tampil di parade militer tersebut.
Kedatangan perwakilan negara-negara segera setelah ketegangan berkobar dengan India, kehadiran peserta asing menunjukkan Pakistan tak sendirian, tetapi juga mencerminkan aspirasi untuk peningkatan kerjasama dengan sekutu regional.
Menurut Kamal Alam, seorang rekan tamu di Royal United Services Institute, “Pakistan mengincar keberpihakan pertahanan regional, yang meliputi pengadaan hingga produksi bersama dan penjualan peralatan militer. Pakistan pun berusaha lebih meningkatkan kerja sama militer dengan Turki dan China di luar program JF-17 dan helikopter serang”.
Sebagai perbandingan, Malaysia, Azerbaijan dan Arab Saudi adalah sekutu bersejarah yang Pakistan ingin kembangkan sebagai pembeli alutsista, mempromosikan produsen Pakistan sebagai alternatif yang lebih murah daripada peralatan buatan Barat.
“Geopolitik, ekonomi dan pertahanan regional berada di tangan [PM Pakistan] Imran Khan sementara diplomasi ekonomi regional oleh Angkatan Bersenjata”, tambah Alam.
Yang terutama absen pada tahun ini adalah pengamat India, meskipun presiden Pakistan menggunakan parade militer serta mengirimkan pesan bahwa “Keinginan Pakistan yang berkelanjutan untuk perdamaian tidak boleh disalahartikan sebagai kelemahan”.
Analis, penulis dan mantan atase pertahanan Australia untuk Islamabad, Brian Cloughley, mengatakan perdana menteri India “tak mungkin mengizinkan hadirin pada kesempatan itu oleh tamu dari India”, karena hal itu akan merusak suara di pemilihan secara elektoral. Pergerakan substansial menuju pemulihan hubungan juga tidak mungkin dibuat, kecuali pemerintah India memenangkan mayoritas suara, “yang mustahil”.
Cloughley mencatat, bagaimanapun, bahwa “pesan yang tidak terlalu halus” adalah untuk Amerika Serikat dan mungkin juga untuk Moskow, adalah soal partisipasi dari helikopter tempur Mi-35P Hind, yang baru-baru ini dikirim oleh Rusia, yang katanya adalah “bagian dari menjauhkan AS sebagai pemasok senjata di Pakistan”.