Paris, Jakartagreater.com – Turki mematuhi kontrak dengan Rusia untuk pengadaan S-400 meskipun ada tekanan kuat dari Washington untuk membatalkannya. Namun, Turki belum meninggalkan rencana untuk mengakuisisi pertahanan udara buatan Eropa dan AS pada saat yang sama, dirilis Sputniknews.com pada Kamis 25-7-2019.
Prancis akan menggelar sistem pertahanan udara SAMP / T yang diproduksi oleh konsorsium Prancis-Italia Eurosam di perbatasan Selatan Turki, Reuters melaporkan mengutip pejabat militer Turki yang tidak disebutkan namanya. Sumber media tidak menentukan jangka waktu untuk penyebaran sistem.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengumumkan niat negara itu untuk menegosiasikan kesepakatan mengenai penyebaran SAMP/ Ts dengan Prancis pada 22 Mei 2019, mencatat bahwa inisiatif tersebut berasal dari Paris.
“Prancis menyarankan untuk mengerahkan satu skadron SAMP/ T di Turki. Saat ini, di Incirlik, ada satu skadron sistem Rudal Patriot Spanyol dan baterai SAMP/Ts Italia di Kahramanmaras. Prancis mengusulkan untuk melihat 2 tempat ini sebagai kemungkinan penempatan (lokasi]) untuk sistemnya “, katanya.
Rusia baru saja menyelesaikan pengiriman bagian pertama dari sistem pertahanan udara S-400 ke Turki berdasarkan kontrak, yang ditandatangani pada bulan Desember 2017. AS menekan Turki dengan keras untuk membatalkan kesepakatan itu, dengan alasan ketidakcocokan S-400 dengan sistem NATO dan ancaman mereka terhadap Jet F-35, yang dipesan oleh Ankara.
Turki menawarkan Washington untuk membentuk kelompok kerja untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi AS tidak pernah menerima tawaran itu. Sebaliknya, Gedung Putih memutuskan untuk menunda partisipasi Turki dalam program F-35, di mana Ankara berinvestasi besar-besaran, dan mengancam negara itu dengan sanksi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Ankara memilih S-400 karena Rusia menawarkan kesepakatan yang lebih baik daripada AS, tetapi mencatat bahwa negara itu masih bersedia membeli Patriot dari Washington.