JakartaGreater.com – Komandan Angkatan Udara India Bhadauria mengklaim, bahwa periode mengimpor pesawat tempur India sudah berakhir, dan 36 jet Rafale yang dibeli dari Prancis, bisa menjadi yang terakhir.
Pernyataan itu muncul pada saat Angkatan Udara India masih menunggu kedatangan jet tempur Rafale yang akan beroperasi penuh pada Oktober 2022, lasir The Week.
Angkatan Udara India telah meningkatkan persyaratan untuk pesawat tempur multi-peran medium pada tahun 2001—yang akhirnya terisi oleh Rafale. meskipun Angkatan Udara hanya mendapatkan 36 jet tempur dari seharusnya 126 jet.
Menurut Bhadauria, India masih harus melewati periode 10 hingga 20 tahun ke depan untuk bisa membuat pesawat tempur di dalam negeri ,” Setidaknya dalam 90 persen kasus, saya pikir kita akan dapat mengelola dengan teknologi asli,” kata Bhadauri.
Angkatan Udara India banyak mengandalkan pesawat tempur ringan Tejas, jet tempur buatan sendiri yang dimaksudkan untuk menggantikan MiG-21 yang sudah usang. Angkatan Udara dijadwalkan untuk mendapatkan 40 pesawat Tejas Mk I, dan 83 Mk1A akan segera dipesan. Mk1A, versi lanjutan, akan meningkatkan kemudahan servis, waktu pemuatan senjata yang lebih singkat, rangkaian peperangan elektronik yang lebih baik dan radar AESA (active electronically scanned array).
Setelah itu akan ada Tejas Mk2, pesawat tempur medium yang akan menggantikan jet tempur Mirage. Menurut Badan Pengembangan Aeronautika India (DRDO), yang merupakan lembaga pengembangan untuk Tejas, fase desain awal selesai dan desain rinci Tejas Mk2 saat ini sedang berlangsung.
Ketua DRDO G. Satheesh Reddy baru-baru ini mengatakan kepada media The Week bahwa desain untuk Tejas Mk2 telah siap. “Penerbangan pertama Mk2 akan terjadi pada 2022 dan akan membutuhkan lima hingga enam tahun lagi untuk diproduksi,” katanya. “Pada saat itu, Mirage akan menyelesaikan masa hidupnya.”
Ironisnya, pada 2017, Angkatan Udara mengatakan kepada Penasihat Keamanan Nasional Ajit Doval bahwa Tejas “tidak cukup untuk melindungi langit India”. Dari daya tahan hingga kapasitas muatan, Tejas memiliki hampir 40 kekurangan, menurut Angkatan Udara.
Markas Angkatan Udara juga telah meminta Hindustan Aeronautics Ltd dan ADA untuk melakukan 42 modifikasi pesawat. Selain itu, Angkatan Udara pernah mengklaim bahwa biaya pemeliharaan Tejas terlalu tinggi: Dibutuhkan 20 jam servis untuk setiap jam terbang.
“IAF terus-menerus mengubah kemauannya,” kata seorang mantan kepala HAL yang tidak ingin disebutkan namanya. Meskipun sudah dilakukan upaya terbaik untuk memenuhi keinginannya, Angkatan Udara selalu datang dengan meminta modifikasi tambahan.
“Saya mengatakan bahwa bagian dari IAF tidak pernah ingin memiliki Tejas dalam persediaannya. Dan itu menurunkan semangat para ilmuwan yang bekerja pada proyek tersebut, ” kata sumber itu.
Sementara proyek Tejas berjalan dengan susah payah, Angkatan Udara memiliki program lain untuk memperoleh 114 jet tempur multi-peran medium. Jet-jet ini akan dibangun di India di bawah model kemitraan strategis. Enam pemain global telah menunjukkan minat dalam program Make in India: Dassault Aviation (Rafale), Airbus (Eurofighter), Saab (Gripen E), Boeing (F / A-18), Lockheed Martin (F-21), dan Rusia dengan MiG-35 dan Su-35.
Program 114 jet tempur multi-peran medium terutama ditujukan untuk memberikan paparan kepada sektor swasta, dan sebagian besar perusahaan asing yang telah terikat dengan perusahaan India untuk mendirikan fasilitas produksi di India.
Pencarian Angkatan Udara India untuk pesawat tempur generasi kelima juga dapat diakhiri dengan opsi produksi di dalam negeri. India dan Rusia telah mengerjakan proyek bersama untuk mengembangkan FGFA sejak 2007, tetapi Delhi akhirnya membatalkan proyek itu tahun lalu.
“Mengembangkan kemampuan didalam negeri membutuhkan strategi nasional yang panjang dan bersinergi,” kata seorang Marsekal Angkatan Udara. Menurutnya dibutuhkan kejujuran dalam memahami kemampuan, integritas, dan akuntabilitas yang ada. Selain itu harus ditunjukkan melalui kinerja, akuntabilitas, dan pengenalan fakta untuk mencapai kemampuan melalui pengembangan bertahap.