Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Pilot AS Andalkan Jet Tempur Lawas Israel untuk Berlatih Perang Udara

0fc47 5a5e46a928eecc120f8b4fe3 e1572756910217
Jet tempur Kfir F-21A (foto : Wikipedia)

Pada 18 Oktober 2019, Angkatan Udara AS memberikan kontrak senilai US$ 6,4 hingga US$ 7,5 miliar dolar kepada tujuh perusahaan swasta untuk memberikan layanan pelatihan tempur udara yang lebih agresif kepada Angkatan Udara hingga tahun 2024.

Jumlah uang yang besar itu semua didedikasikan untuk satu tujuan: mempertajam keterampilan pilot tempur Angkatan Udara AS dengan memberikan pelatihan pertempuran udara realistis melawan pesawat tempur asing, lansir National Interest.

Militer AS memperkenalkan skuadron agresor kembali pada 1960-an setelah belajar dalam pertempuran udara di Vietnam.

Pelatihan agresor diperlukan untuk berlatih melawan pesawat tempur dan taktik yang berbeda. Hanya karena pesawat itu mungkin dianggap memiliki teknologi yang lebih rendah, bukan berarti pilot musuh tidak dapat secara cerdik memaksimalkan kemampuan pesawatnya dengan cara mengeksploitasi kelemahan pesawat tempur dan pilot Amerika.

Sebagai contoh, F-4 Phantom supersonik Amerika memiliki radar canggih dan rudal Sparrow yang memungkinkannya untuk menjatuhkan jet MiG-17 yang bersenjata meriam dari jarak jauh. Tetapi cara bertempur pilot Vietnam Utara tentu saja tidak sesuai dengan buku pedoman Amerika Serikat.

Pilot Vietnam merancang taktik yang meminimalkan pertempuran jarak jauh, yang memungkinkannya untuk terlibat dalam pertempuran jarak dekat pilot Amerika yang belum dilatih untuk bermanuver melawan jet jet Soviet yang lebih primitif dengan senjata meriam memberikan keuntungan.

Belajar dari perang Vietnam, Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS membentuk skuadron pelatihan “agresor” menggunakan pesawat tempur seperti F-5 Freedom Fighter dan A-4 Skyhawk untuk mensimulasikan profil kinerja berbagai jet tempur Soviet.

Karena beratnya tugas personel dan mahalnya biaya unit Agressor yang menggunakan pesawat tempur AS modern yang biaya operasionalnya puluhan ribu dolar per jam penerbangan, maka pada tahun 2015, Angkatan Udara beralih ke solusi baru: mulai merekrut perusahaan swasta yang mengoperasikan armada jet tempur asing lawas yang murah untuk menjadi pelatih Agressor .

Kontrak besar terbaru menunjukkan bahwa Angkatan Udara menganggap inisiatif itu sebagai keberhasilan, dan secara luas berkomitmen pada model pelatihan agresor yang dioperasikan secara pribadi. Selain itu, pendanaannya tersebar di antara lebih dari setengah lusin perusahaan yang mengoperasikan berbagai jenis pesawat.

Lalu pesawat tempur lawas apa yang berkinerja tinggi yang memberikan Angkatan Udara AS pelatihan udara yang sulit dan berat.

Jet tempur F-21 Kfir

Awalnya jet Mirage III adalah jet tempur era Perang Dingin bersayap delta yang terkenal karena kecepatan Mach 2-nya — meskipun kecepatan tinggi itu harus mengorbankan kemampuan manuver yang lemah dan kurangnya radar. Mirage terlibat banyak pertempuran di perang Arab-Israel, di mana jet tempur mendapatkan reputasi terhormat.

Israel memesan 50 jet tempur multi-peran Mirage V yang superior, tetapi ekspornya diblokir oleh embargo. Meskipun demikian, komponen dan skema Mirage 5 diselundupkan ke Israel dan dikumpulkan di sana dan menjelma menjadi jet tempur Nesher.

Israel kemudian mulai menyusun versi ‘super’ Mirage V di dalam negeri menjadi Kfir, ditenagai oleh mesin turbojet J-79 yang digunakan pada F-4 Phantom, dan penambahan canard kecil (sepasang sayap kecil di dekat hidung pesawat) untuk meningkatkan kemampuan manuver dan penanganan kecepatan rendah —yang menjadi kelemahan pesawat bersayap delta seperti Mirage.

Kfir bertugas di Israel dan diekspor yang akhirnya terlibat pertempuran di Kolombia, Ekuador, dan Sri Lanka. Pada 1980-an, Korps Marinir AS memperoleh Kfir model awal, yang disebut F-21A Lions, untuk dijadikan sebagai agresor. Kombinasi berkecepatan tinggi dan manuver yang relatif buruk membuatnya mirip dengan jet tempur generasi ketiga MiG-23 Soviet.

Saat ini jet Kfir dioperaikan oleh perusahaan Airborne Tactical Advantage Company (ATAC) Textron yang memiliki enam Kfir. Pada 2012, Kfir ketujuh jatuh dalam kecelakaan fatal di Fallal Air Station Naval.

Atlas Cheetah

Afrika Selatan juga merupakan pemilik armada Mirage III yang cukup besar, tetapi pada 1980-an Afrika Selatan mencari varian yang ditingkatkan untuk melawan pesawat tempur MiG-23 yang memperkuat negara Kuba dan Angola yang mampu menyerang diluar jangkauan visual. (Afrika Selatan mendukung pemberontak yang menentang pemerintah Komunis Kuba yang didukung oleh Angola).

Karena kebijakan apartheid rasisnya, Afrika Selatan tidak dapat mengimpor senjata dari mana pun kecuali Israel, yang menyediakan teknologi pesawat tempur Kfirnya.

Perusahaan Afrika Selatan, Atlas Aviation, merubah 50 persen komponen Mirage III, menambahkan sayap canard untuk meningkatkan kemampuan manuver, pemasangan probe pengisian bahan bakar udara, sistem peperangan elektronik , meningkatkan radar, perangkat peringatan rudal, dan pembidik target di helm yang memungkinkan penguncian misil jarak dekat dengan mengunakan gerakan kepala pilot. Cheetah tampaknya tidak terlihat beraksi tetapi ditingkatkan beberapa kali lagi sebelum akhirnya pensiun setelah datangnya jet tempur Gripen buatan Swedia yang diimpor pasca era-Apartheid.

Jet Cheetah dioperasikan oleh Draken International yang memiliki dua belas jet Cheetah yang ditingkatkan, yang hampir setara dengan jet tempur generasi keempat.

Dassault Mirage F1

Mirage F1 ditingkatkan pada Mirage 5 dengan menampilkan sayap yang lebih tinggi dan lebih tersapu yang sangat meningkatkan kemampuan manuver dan kinerja lepas landas sambil mempertahankan kecepatan Mach 2. Mirage F1 juga mendapatkan upgrade avionik utama dengan penggunaan radar Cyrano-IV dengan kemampuan multi-mode.

Dipersenjatai dengan meriam 30 milimeter dan rudal R550 Magic (sebanding dengan Sidewinder AS), F1 banyak diekspor dan terlibat dalam duel udara Angkatan Udara Irak menghadapi F-4 Phantoms, F-5 Tiger II dan F-14 Tomcat. Irak kehilangan tiga puluh tiga F1, namun mengklaim tiga puluh lima pembunuhan. Selama Perang Teluk 1991, setidaknya delapan F1 hancur di udara, sementara dua lusin lainnya melarikan diri ke Iran di mana jet tempur tetap dalam pelayanan Iran.

Mirage F1 ini hemat bahan bakar dan tahan lama, namun cukup canggih untuk cukup meniru pesawat generasi keempat menggunakan radar, sistem peperangan elektronik dan rudal di luar jangkauan visual.

Mirage F1 dioperasikan oleh ATAC yang memiliki enam puluh satu Mirage F1B, F1C dan F1CR (varian kursi tandem, intersep dan varian pengintaian). Draken memiliki dua puluh satu bekas Angkatan Udara F1M Spanyol dan dua F1B dua kursi dimodernisasi pada 1990-an dengan tampilan kokpit baru, HUD, GPS, perangkat komunikasi, dan radar yang ditingkatkan.

AERO L-159E “Honey Badger”

L-159 adalah evolusi jet L-39 Albatross Ceko pasca-Soviet dari yang dioperasikan secara luas, dipasang untuk membawa rudal udara-ke-udara Sidewinder dan berbagai amunisi serangan darat di tujuh titik cantelan bawah sayap. Selain melayani di Angkatan Udara Ceko, L-159 telah digunakan dalam pertempuran melawan ISIS oleh Angkatan Udara Irak.

Walaupun merupakan jet tempur subsonic, Honey Badger cukup lincah dan memiliki radar multi-mode doppler Grifo-L Italia yang dapat digunakan untuk mensimulasikan berbagai sistem musuh. Dengan demikian Honey Badger telah berperan sebagai lawan yang berguna dalam latihan pelatihan Angkatan Udara AS.
Honey Badger dioperasikan oleh Red Draken yang memiliki 21 L-159E. Selain itu jet L-39 dan L-59 Super Albatross juga dioperasikan oleh ATAC Draken, Air USA dan Coastal Defense.

MiG-21

Tidak ada pesawat tempur Soviet yang telah mengukir reputasi yang sama ikoniknya dengan MiG-21, yang dibedakan oleh sayap-sayapnya yang kecil dan gemuk, mulutnya yang terbuka, dan kerucut hidung yang tajam.

Diadu dengan Phantom F-4 bermesin ganda yang jauh lebih besar dalam Perang Vietnam, MiG-21 bermesin tunggal lebih lincah meskipun memiliki jangkauan yang lebih pendek dan muatan senjata lebih kecil.

Saat ini, ratusan MiG-21 dan J-7 (kloning Cina) ditingkatkan dengan radar yang lebih kuat dan rudal yang lebih jauh, dan masih terus melayani sejumlah Angkatan Udara Cina, India dan dalam jumlah yang lebih kecil di seluruh Afrika, Asia dan Eropa.

MiG-21bis dioperasikan oleh Draken International yang memiliki dua puluh lima MiG-21bis (Fishbed-L), varian intesep produksi akhir dengan mesin yang lebih kuat dan avionik yang ditingkatkan.

Jet supersonik lain yang mungkin ada dalam campuran itu adalah pesawat tempur MiG-29UB yang diterbangkan oleh Air USA, F-5AT Tiger II diterbangkan oleh TacAir, dan pesawat tempur F-16A model Amerika awal yang dipesan oleh perusahaan Kanada Top Aces.

Untuk berlatih melawan fighter subsonik, beberapa perusahaan mengoperasikan berbagai versi jet serang A-4 Skyhawk dan Hawker Hunter era 1950-an, yang keduanya terlibat pertempuran udara yang luas selama Perang Dingin, serta jet latih ringan seperti Alpha Jet, BAe Hawk, Jet Provost, MB-339 dan Strikemaster.

Share:

Penulis: