JakartaGreater.com – Proyek pengembangan jet tempur bersama antara Korea Selatan dan Indonesia, yang dikenal sebagai pesawat eksperimental KF-X memiliki potensi pasar yang cukup besar di Asia Tenggara karena harganya yang murah, lansir Korea Times.
Jet tempur KF-X adalah jet tempur generasi 4,5 yang teknologi “siluman” nya di bawah dari pesawat generasi kelima AS seperti F-35 atau F-22. Namun, KF-X memiliki kelebihan pada harga yang lebih murah dengan 65 persen dari suku cadangnya buatan lokal.
Proyek ini berjalan dengan lancar, kata seorang pejabat dari Industri Dirgantara Korea pada hari Selasa, selama presentasi tinjauan proyek untuk wartawan yang mengunjungi kantor pusat perusahaan di Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan. Pemerintah Korea Selatan mengontrak KAI pada bulan Desember 2015 untuk menyelesaikan pengembangan KF-X pada tahun 2028.
Jika berhasil dikembangkan, KF-X akan menjadi platform yang menargetkan pasar Asia Tenggara, kata pengamat industri, karena biaya operasinal jet tempur KF-X adalah sekitar setengah dari biaya F-35 AS.
Proyek KF-X adalah proyek terbesar sejak pendirian militer Korea Selatan dengan total anggarannya sekitar 8,8 triliun won (US$ 7,56 miliar). Pemerintah Korea Selatan dan Indonesia masing-masing mencakup 60 persen dan 20 persen dari anggaran, sementara perusahaan pertahanan Korea Selatan memberikan kontribusi 20 persen.
Proyek 14 tahun yang dimulai pada 2015 dibagi menjadi dua fase, dengan pengembangan sistem untuk kinerja penerbangan dasar dan kemampuan tempur udara-ke-udara akan selesai pada tahun 2026, diikuti oleh persenjataan tambahan untuk kemampuan pertempuran udara-ke-permukaan pada tahun 2028.
Dengan tinjauan desain kritis untuk KF-X yang dilakukan September tahun ini, setelah tinjauan desain awal pada Juni 2018, prototipe jet tempur KF-X akan diluncurkan pada paruh pertama tahun 2021. Penerbangan uji pertama akan dilakukan setahun kemudian. Setelah 2.100 uji terbang dijadwalkan selesai pada paruh pertama 2026, KAI akan menghasilkan enam jet tempur KF-X pertama tahun itu.
Pemerintah Korea Selatan meluncurkan mock-up ukuran penuh KF-X selama Pameran Dirgantara dan Pertahanan Internasional (ADEX), Korea Selatan yang diadakan tanggal 15-20 Oktober.
Jet KF-X memiliki lebar 11,2 meter dan panjang 16,9 meter, dengan ketinggian 4,6 meter. Sebagai pesawat bermesin ganda yang menggunakan teknologi siluman, tampilan pesawat tempur KF-X mirip dengan Raptor F-22 AS.
Setiap mesin KF-X mampu mengembangkan daya dorong maksimum 22.000 pound, dengan total dorong maksimum pesawat menjadi 44.000 pound. Jet ini memiliki berat lepas landas maksimal 25.600 kilogram dan dapat terbang secepat Mach 1.8 dengan jarak jelajah 2.900 kilometer.
Muatan persenjataannya maksimumnya 7.700 kilogram yang diletakkan pada 10 hard point dibawah sayap dan badan.
Untuk rudal yang digunakan pada jet tempur KF-X, proyek ini juga melibatkan perusahaan Eropa.
Pemerintah Korea Selatan awalnya telah bernegosiasi dengan pihak AS untuk memuat rudal udara-ke-udara AS seperti AIM-120C, rudal jarak menengah yang disebut AMRAAM atau AIM-9X Sidewinder. Tetapi pemerintah AS mengatakan tidak dapat menawarkan teknologi persenjataan sebelum Korea Selatan meluncurkan prototipe jet KF-X pertama. Oleh karena itu, pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk mengintegrasikan rudal yang diproduksi di Eropa.
Rudal buatan Eropa termasuk rudal udara-ke-udara jarak-pendek IRIS-T Jerman yang akan dipasang pada masing-masing peluncur ujung sayap, dan rudal udara-ke-udara jarak-jauh Meteor.
Jet KF-X akan menggunakan rudal udara-ke-permukaan buatan Korea, termasuk BLU-109 LJDAM Korea (amunisi cerdas berpandu laser), KGGB (bom panduan GPS) dan bom bunker buster yang dikembangkan oleh LIG Nex1, rudal jelajah presisi turunan dari Taurus KEPD.
Peralatan inti jet KF-X telah dikembangkan dengan teknologi dalam negeri, termasuk radar AESA (active electronically scanned array), perangkat IRST (infra-red search track), perangkat EO TGP (elektro-optik) dan EW (rangkaian peperangan elektronik).
Penempatan AESA dalam jet tempur, khususnya, adalah upaya pertama oleh militer Korea Selatan, yang telah menggunakannya untuk rudal permukaan-ke-udara jarak menengah Chungoong dan radar search untuk fregat generasi terbaru Korea Selatan.