Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

F-14 Tomcat…Pernah Menembak Dirinya Dengan Rudal Sparrow

Jakartagreater.com – Grumman F-14 Tomcat adalah pesawat tempur paling sensasional Angkatan Laut AS, dan memiliki karir yang panjang sebagai pembela gugus tugas armada kapal induk AS sebelum akhirnya pensiun pada tahun 2006, lansir National Interest.

Sedikit orang yang menyadari bahwa meski merupakan salah satu pesawat tempur terbaik, F-14 pernah menembak dirinya sendiri dengan rudal, sebuah kecelakaan yang belum pernah dialami pesawat tempur lain.

F-14 Tomcat dirancang untuk memberikan superioritas udara kelas satu untuk Angkatan Laut AS. Pesawat tempur besar bermesin ganda dengan radar AWG-9 yang kuat yang dilengkapi dengan bukan hanya dua, tapi tiga tipe senjata rudal udara-ke-udara.

F-14 Tomcat dikembangkan pada awal 1970-an sebagai tanggapan terhadap pengalaman pertempuran udara Angkatan Laut AS di langit Vietnam. Salah satu dari tiga rudal yang dibawa oleh F-14 adalah rudal udara-ke-udara AIM-7 Sparrow. Sparrow adalah rudal yang dipandu oleh radar. Setelah diluncurkan, Sparrow akan dipandu ke target dengan sinyal yang dikirim dari pesawat peluncuran, saat AWG-9 melacak target musuh. Ini memungkinkan Sparrow untuk menyerang target di luar jangkauan visual. (Sparrow akhirnya digantikan oleh rudal AIM-120 AMRAAM.)

Pada 20 Juni 1973, sesuatu yang tidak terduga terjadi selama pengujian senjata di langit Samudra Pasifik. Pilot uji Grumman F-14, Pete Purvis dan Bill “Tank” Sherman menerbangkan produksi awal F-14 di atas Range Uji Rudal Pasifik di lepas pantai California Selatan, bersiap meluncurkan rudal AIM-7 Sparrow ketika akhirnya menjadi bencana. Pesawat itu dihantam oleh misilnya sendiri, dengan cepat mesin terbakar dan tanpa dapat dikendalikan. Kedua pilot berhasil eject keluar dan diselamatkan dengan tanpa terluka.

Rudal AIM-7 Sparrow menggunakan sistem peluncuran berbeda dari rudal lainnya. Rudal seperti AIM-9 Sidewinder diletakkan menggunakan rel peluncur, saat menyalakan motornya, rudal meluncur dari rel, dan kemudian melesat pergi untuk menemukan targetnya. Pada rudal AIM-7 Sparrow, rudal dibawa rapat dengan badan pesawat, dengan setengah dari rudal dan sirip panduannya tersembunyi di dalam pesawat. Begitu pilot menarik pelatuknya, baut peledak melepaskan rudal, yang jatuh bebas ke bawah. Motor roket rudal akan menyembur dan Sparrow melesat pergi.

Setidaknya begitulah seharusnya bekerja. Pada hari itu di bulan Juni 1973, pilot Purvis dan Sherman percaya bahwa peluncuran rudal akan relatif lancar. Para insinyur telah meyakinkan mereka bahwa rudal akan jatuh sesuai rencana, dan peluncuran Sparrow akan sama tanpa hambatan seperti di pesawat F-4 Phantom II.

Selama uji terbang, pesawat terbang dengan kecepatan 0,95 Mach pada ketinggian 1500 meter. Tiba pada waktunya, Purvis menarik pelatuk yang seharusnya mengirim rudal uji AIM-7E-2 dalam peluncurannya. Saat itu pilot mendengar suara peluncuran yang jauh lebih keras daripada biasanya dan rudal melewati hidung Tomcat. Yang mengejutkan mereka, kedua pilot melihat rudal Sparrow pecah berkeping-keping dan memuntahkan api.

Terjadi dengan sangat cepat, peluncuran rudal yang gagal telah menghasilkan puing-puing, yang masuk ke mesin turbofan Pratt & Whitney TF-30 di sisi kiri. Mesinnya dengan cepat terbakar dan pilot Purvis kehilangan kendali pada pesawatnya.

Pilot Purvis dan Sherman terlontar, terjun payung di perairan Samudra Pasifik. Kedua pilot berhasil diselamatkan dengan rakit penyelamat dan diangkat dengan helikopter penyelamat yang dikirim dengan cepat setelah terjadinya insiden itu.

Insiden tahun 1973 itu menjadi contoh yang jelas mengapa sistem senjata, khususnya pada pesawat tempur harus menjalani pengujian mendalam untuk memastikan senjata aman untuk digunakan.

Share:

Penulis: