Jakartagreater.com – Angkatan Udara Jepang dilaporkan baru saja menerbangkan jet tempur RF-4E / J Phantom II varian pengintai – untuk terakhir kalinya. Armada pesawat tersebut telah terbang selama lebih dari 50 tahun. Jepang berencana untuk pensiunkan armada Phantom dan beberapa pesawat tempur tua lainnya pada akhir tahun 2020, dan akan segera digantikan dengan pesawat siluman F-35 dan pesawat tempur buatan Jepang.
Enam pesawat RF-4 terakhir yang akan terbang adalah bagian dari skuadron Hikotai 501. Pesawat ini merupakan varian pengintaian foto dari jet tempur paling ikonik ini, lansir i-hls.
F-4 Phantom II adalah jet multi-peran yang pertama kali dikembangkan oleh perusahaan McDonnell Douglas pada akhir 1950-an. Pesawat tempur berat bermesin ganda dengan dua kursi ini telah dibangun untuk menangani misi superioritas udara dan serangan darat.
Pesawat tempur ini perlahan-lahan menghilang dengan hanya menyisakan tiga negara yang mengoperasikannya, yakni Jepang, Korea Selatan, dan Turki.
Untuk mengganti pesawat yang sudah tua, Jepang telah memesan 150 jet tempur F-35, termasuk F-35 varian lepas landas secara vertikal. Saat ini Jepang mengoperasikan tiga jenis jet tempur, F-15J Eagle, Mitsubishi F-2, dan Lockheed Martin F-35. Jepang juga telah membuat rencana untuk memodifikasi kapal induknya untuk mendukung varian dari F-35B.
Jepang juga telah mengumumkan bahwa mereka akan mengembangkan pengganti pesawat tempur F-2 dengan bantuan dari kontraktor pertahanan Amerika Serikat, yang dikenal sebagai F-3.
F-3 atau Shinsin diklaim sebagai pesawat tempur generasi kelima yang menggunakan teknologi canggih. Dari tampilannya, F-3 memiliki beberapa fitur stealth, namun mungkin tidak sesiluman seperti F-22 Raptor atau F-35 Lightning II. Dalam hal kemampuan stealth, mungkin lebih mirip dengan pesawat siluman Cina seperti Chengdu J-20, Shenyang J-31, Sukhoi Su-57 Rusia, atau Boeing F-15SE Silent Eagle.
Tampaknya pesawat dengan fitur siluman canggih sangat mahal. F-22 AS dianggap terlalu mahal untuk penggantian armada F-15J satu banding satu.
Lebih masuk akal bagi Jepang mengembangkan F-3 dengan fitur stealth moderat, yang tetap mempertahankan kelincahan penuh dan biaya produksi lebih murah daripada F-22. Dengan meningkatnya kekuatan udara Cina, Jepang merasa perlu meningkatkan jumlah kuantitas pesawat tempur saat ini.
Prototipe F-3 memiliki kemampuan mesin dengan daya dorong vektor 3D, yang sedang dikembangkan untuk pesawat produksi skala penuh. Mesin akan diproduksi oleh Ishikawajima-Harima Heavy Industries.
F-3 akan dilengkapi dengan radar active electronically scanned array (AESA). Dikatakan bahwa radar akan memiliki kemampuan electronic countermeasures, fungsi komunikasi, dan bahkan mungkin fungsi senjata microwave weapon.
Mitsubishi F-3 direncanakan memiliki sistem kontrol penerbangan flight-by-optics. Data ditransmisikan oleh serat optik bukan dengan kabel. Dengan cara ini data ditransmisikan lebih cepat dan kebal terhadap gangguan elektromagnetik.
Pesawat Jepang baru akan memiliki kemampuan yang disebut self repairing flight control capability. Ini akan memungkinkan pesawat mendeteksi kegagalan atau kerusakan pada permukaan kontrol penerbangannya. Sistem akan mengkalibrasi permukaan yang sesuai untuk mempertahankan kontrol penerbangan. Pesawat tempur baru kemungkinan baru akan beroperasi pada pertengahan tahun 2030-an.