Jakartagreater.com – Amerika Serikat pada Juli 2019 mengeluarkan Turki dari program pengembangan dan produksi pesawat tempur siluman F-35. Saat itu Pemerintah Turki bersikeras untuk membeli sistem rudal pertahanan udara buatan Rusia yang dikhawatirkan oleh pejabat AS dapat mengumpulkan data sensitif pada F-35, data yang dapat dimanfaatkan oleh Rusia, lansir National Interest.
Ankara telah merencanakan untuk membeli sebanyak 100 pesawat tempur F-35 untuk melengkapi Angkatan Udara dan bahkan berpotensi untuk ditempatkan di kapal serbu amfibi baru. Dan saat ini Turki sedang mencari pesawat tempur mutakhir baru di tempat lain.
Namun tawaran itu mungkin tidak termasuk pesawat tempur siluman anti radar seperti F-35. Hanya ada dua pesawat siluman selain F-35 yang sedang dalam tahap produksi dan secara teori akan tersedia untuk pasar ekspor, yakni Su-57 Rusia dan J-20 Cina.
Tetapi para pejabat Tiongkok tampaknya tidak berminat untuk menjual J-20 ke luar China – karena khawatir teknologinya jatuh ke negara musuh , mirip dengan F-22 yang dilarang di ekspor oleh Parlemen AS.
Selain SU-57 dan J-20, pesawat tempur siluman FC-31 yang sedang dikembangkan Shenyang Cina akan tersedia untuk pasar ekspor. Namun dengan kemajuan pengembangan yang lambat, tidak mungkin Shenyang menerima pesanan ekspor untuk J-31.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Agustus 2019 pernah memamerkan Su-57 ke Presiden Erdogan saat pertunjukan udara MAKS Rusia. Kedua pemimpin itu memeriksa Su-57, dan terlibat diskusi tentang pesawat tempur siluman Rusia itu.
Namun Su-57 masih dalam pengembangan, dan belum memiliki sistem tempur utama. Pabrikan Sukhoi belum membuat jalur produksi besar dan efisien untuk pesawat tempur ini. Dan Moskow hampir pasti tidak memiliki uang untuk membeli sejumlah besar pesawat siluman, yang berarti harga per unit Su-57 bisa relatif tinggi.
Putin pada Mei 2019 mengklaim bahwa Sukhoi telah menurunkan harga Su-57 sebesar 20 persen, Presiden Rusia mengumumkan bahwa Kremlin pada tahun 2027 akan membeli 76 unit Su-57 bukan hanya 16, seperti yang telah direncanakan sebelumnya.
“Saya berharap bahwa rencana yang disesuaikan akan dieksekusi,” kata Putin. Tetapi masih belum jelas apakah pabrikan Sukhoi benar-benar akan dapat membangun 76 Su-57 untuk Rusia.
Sebaliknya, Su-35 Rusia telah menyelesaikan pengembangan, dan sudah diproduksi untuk beberapa pelanggan termasuk Rusia dan Cina. Turki dan Rusia pada bulan September 2019 dilaporkan mulai membahas kemungkinan akuisisi Turki atas Su-35.
Tapi Su-35 adalah pesawat tempur konvensional dan tidak memiliki fitur siluman. Membeli pesawat tempur baru sekarang berarti Turki mungkin tidak akan bisa membeli pesawat tempur siluman. Bukan tanpa alasan bahwa Ankara telah meluncurkan pengembangan pesawat tempur yang anti- radar buatan sendiri, yakni TF-X.
Tentu saja, TF-X menghadapi hambatan besar sendiri. Total dibutuhkan biaya sekitar US$ 100 miliar untuk mengembangkan, membangun, dan mengoperasikan pesawat tempur siluman, ini menurut penilaian dari Jjenderal Angkatan Udara Jepang Hideyuki Yoshioka, yang pada tahun 2011 membantu mengawasi program tempur siluman Jepang sendiri.
F-35 menghabiskan sekitar US$ 10 miliar dari anggaran pertahanan Amerika Serikat dari sekitar US$ 700 miliar per tahun. Itu sekitar 1,5 persen. Dan nyaris tidak terjangkau. Turki, sebaliknya, menghabiskan hanya US$ 20 miliar anggaran setiap tahun untuk angkatan bersenjatanya. Coba bandingkan dengan keharusan menyediakan anggaran sebesar US$ 100 miliar untuk program tempur siluman.
Semua hal dipertimbangkan, Su-35 kemungkinan bisa menjadi pesawat tempur Turki berikutnya. Dan itu bisa memakan waktu lama sebelum Turki menindaklanjuti Su-35 dengan pesawat tempur siluman.