Jakartagreater.com – F-35 telah menerima ratusan pesanan dari pembeli di seluruh dunia, tetapi pesawat tempur siluman yang telah dikembangkan selama beberapa dekade, dilaporkan masih menghadapi sejumlah masalah teknis, lansir Sputnik.
Dua jet tempur siluman andalan Amerika Serikat, F-22 dan F-35, memiliki masalah yang sama dalam desainnya karena keduanya dirancang hanya khusus pada satu misi dan bukan sebagai pesawat multirole, kata Chief engineer Su-57 (Felon) dan kepala Biro Desain Sukhoi, Mikhail Strelets dalam sebuah wawancara dengan jurnal Russian United Aircraft Corporation.
Insinyur itu mencatat bahwa F-22 diciptakan khusus untuk keperluan pertempuran udara dan ketika diputuskan untuk melakukan misi serangan ke target darat, Insinyur Amerika menghadapi masalah besar. Menurut Strelets, Insinyur Amerika tidak dapat memperpanjang kompartemen rudal F-22, dan karenanya tidak dapat mempersenjatai jet tempur itu dengan rudal udara-ke-darat yang paling kuat.
F-35 memiliki masalah serupa, dirancang dengan fokus pada kemampuannya untuk menyerang target darat, tetapi tidak memiliki akselerasi dan kemampuan manuver. Ini membuat F-35 kurang layak dalam skenario dogfighting, bahkan dibandingkan dengan pesawat tempur generasi keempat.
“Su-57 pada awalnya dirancang sebagai jet tempur serbaguna yang mampu memenuhi berbagai peran.… Kemampuan manuver yang tinggi bukanlah persyaratan utama untuk jet tempur yang diproduksi oleh negara-negara Barat. Jet berfokus pada pertarungan jarak jauh, bukan pertarungan langsung. Kami alih-alih berfokus pada keduanya “, kata Strelets.
Kepala Sukhoi juga mencatat bahwa kemampuan manuver Su-57 sangat dihargai oleh beberapa komandan militer barat, seperti mantan Letnan Jenderal Angkatan Udara AS Dave Deptula, yang memuji aerodinamika jet yang baik dan vektor dorong mesin yang sepenuhnya dapat dikendalikan.
Sekitar 76 Su-57 harus dikirim ke Angkatan Udara Rusia pada tahun 2028. Sebanyak 13 jet tempur Su-57 telah dibuat sejauh ini.