Jakartagreater.com – Ditengah hiruk pikuk pengembangan dan produksi jet tempur generasi 5 dan generasi 6 oleh negara-negara besar seperti Rusia, Amerika, China dan Inggris , Korea Selatan tetap bergeming untuk mengembangkan jet tempur generasi 4.5 KF-X.
Diproduksi bersama oleh Korea Selatan dan Indonesia, program KAI KF-X Development, yang juga dikenal sebagai ‘Boramae’ (‘Hawk’ dalam bahasa Korea), adalah proyek jet tempur multi-peran canggih yang direncanakan akan menggantikan jet tempur F-4D / E Phantom II dan F-5 Tiger II yang sudah tua, lansir Eur Asian Times.
Menariknya, pesawat tempur yang kemungkinan akan diselesaikan pada akhir dekade ini, memiliki teknologi setara dengan jet tempur Gripen Swedia, Eurofighter Typhoon, Boeing Super Hornet Block III dan Rafale Prancis, dan dibawah teknologi jet tempur generasi kelima seperti F-35, F-22 Raptor, atau Su-57.
Jadi, mengapa Korea Selatan tetap bertaruh untuk memproduksi jet tempur yang turun satu atau dua generasi, di saat Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan China sedang bekerja untuk memproduksi pesawat tempur generasi lima dan keenam?
Jawabannya adalah waktu dan strategi ekspor.
Semua pesawat tempur generasi berikutnya termasuk pesawat tempur rahasia NGAD Amerika Serikat dan Tempest Inggris kemungkinan besar tidak akan selesai pada awal dekade berikutnya ketika KF-X dapat beroperasi dan siap bertempur.
Produksi pesawat tempur di bawah Korea Aerospace Industries (KAI) akan berjalan sesuai jadwal dengan penyelesaian prototipe pada April 2021, menerbangkannya pada 2022 sebelum memulai produksinya pada tahun 2026.
Dengan jet tempur generasi enam yang belum selesai, akses ke generasi lima F-35 tetap terbatas, hanya untuk beberapa negara dan tidak ada informasi tentang J-20 China, KF-X bisa menjadi kartu truf Korea Selatan untuk mempertahankan dominasi di pasar jet tempur dunia.
KF-X meski bukan pesawat tempur generasi kelima akan tetapi memiliki penampang radar yang berkurang seperti jet tempur siluman F-35 AS, untuk meningkatkan kemampuan silumannya.
“KF-X diklaim memiliki penampang radar 0,5 meter persegi, hampir sama dengan Eurofighter Typhoon atau Gripen. Sedangkan Rafale dan F-16C memiliki jejak radar 1 meter persegi, ”kata Sébastien Roblin, saat menulis untuk National Interest.
Dengan teknologi siluman yang menjadi prasyarat untuk jet tempur generasi kelima atau keenam di masa depan, KF-X akan menjadi salah satu dari sedikit pesawat tempur yang memiliki kemampuan untuk tidak terdeteksi di radar musuh.
Selain itu, pesawat tempur ini diharapkan terbang dengan kecepatan maksimum Mach 1,8 dan jarak tempuh 1.800 mil, yang lebih jauh dari F-16 AS yang terkenal. Ada juga kemungkinan jelajah pesawat tempur dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi tanpa menggunakan afterburner.
Menurut laporan, KF-X kemungkinan akan dilengkapi dengan senjata rudal luar jangkauan visual MBDA Meteor bertenaga ramjet, yang dikenal mampu mempertahankan kecepatan tinggi dalam jarak jauh.
Muatan senjata dari pesawat tempur termasuk juga rudal udara-ke-udara pencari panas jarak pendek ASRAAM dan IRIS-T, dan integrasi rudal udara-ke-udara AIM-9 dan AIM-120 buatan Amerika Serikat, senjata yang sudah digunakan oleh Angkatan Udara Korea Selatan.
Harga pesawat tempur KF-X secara potensial dilaporkan berada di kisaran 50 hingga 60 juta dolar per pesawat, yang mungkin juga menguntungkan Korea Selatan yang dapat mengekspor pesawat tempur dengan muatan senjata yang besar dan teknologi siluman ke banyak negara pelanggan diseluruh dunia.