JakartaGreater – Amerika Serikat (AS) telah mengindikasikan akan menjual jet tempur F-15 dan F-18 ke Indonesia setelah berbulan-bulan pertemuan antara pejabat tinggi pertahanan dari kedua negara, menurut seorang pejabat pertahanan di Jakarta, dirilis Asia.Nikkei.com, 9-12-2020.
Penjabat Menteri Pertahanan AS Christopher Miller berada di Jakarta pada hari Senin dan Selasa 8-12-2020 untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto. Dalam pertemuan itu, Miller setuju untuk menjual 2 model jet tempur tersebut ke Indonesia, yang telah lama ingin meningkatkan dari armada F-16 yang sudah menua.
Agenda teratas Miller adalah Laut China Selatan, perairan di mana banyak klaim teritorial tumpang tindih dan China telah membangun pangkalan militer. Kunjungannya menyusul pencabutan larangan masuk selama 2 dekade terhadap Prabowo atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia oleh Washington pada Oktober 2020, yang memungkinkannya untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan pejabat Pentagon.
Tetapi hubungan yang hangat antara kedua negara telah membuat Beijing gelisah, menurut Rodon Pedrason, Direktur Jenderal strategi pertahanan di Kementerian Pertahanan Indonesia.
“Mereka bertanya, ‘Mengapa Anda menerima mereka?’ Yang kami tanggapi secara diplomatis. Kami tidak ingin China atau AS merasa diabaikan, “kata Pedrason dalam webinar pada hari Selasa. Miller juga bertemu dengan Panglima TNI Hadi Tjahjanto dan membahas rencana untuk meningkatkan pelatihan antara kedua pasukan.
“Pejabat Menteri Pertahanan Miller menekankan pentingnya departemen pertahanan AS pada kemitraan bilateral dan dalam mengamankan Laut China Selatan yang bebas dan terbuka serta kawasan Indo-Pasifik,” kata kedutaan AS dalam siaran pers.
Rodon Pedrason mengatakan ada beberapa kekhawatiran bahwa kebijakan AS mungkin berubah di bawah Joe Biden, yang akan dilantik sebagai presiden bulan depan, meskipun dia menganggap bahwa Washington tidak akan mengingkari kesepakatan yang ditandatangani. “Tinggal seberapa siap kita menyediakan anggaran,” ujarnya. Untuk saat ini belum ada kesepakatan yang ditandatangani.
Indonesia telah mendorong AS untuk menjual jet tempur F-15, F-18 dan F-35, tetapi akhirnya hanya menyetujui 2 model karena yang ketiga bisa memakan waktu hingga 10 tahun untuk dikirim, kata Pedrason. F-15 dan F-18 diproduksi oleh perusahaan kedirgantaraan AS McDonnell Douglas dan Boeing.
Kekuatan besar seperti Prancis, Inggris, Jerman dan NATO juga mendekati Indonesia belakangan ini untuk membahas Laut China Selatan. Pedrason mengatakan Prabowo dijadwalkan mengunjungi Inggris awal tahun depan, setelah melakukan lebih dari 20 kunjungan selama setahun terakhir untuk mencari kesepakatan persenjataan yang baik, termasuk di Prancis, Rusia, Turki, dan China.
Pedrason mengatakan kementerian pertahanan di bawah Prabowo memiliki rencana besar untuk pengadaan lebih dari 100 jet tempur unggul, untuk menambah armada Indonesia saat ini yang berjumlah kurang dari 60. “Kami akan memiliki sekitar 170 jet tempur di akhir itu. Luar biasa,” kata Pedrason.
Dia tidak mengatakan kapan kementerian berharap untuk mencapai target itu, tetapi menambahkan Indonesia berharap untuk menyediakan antara $ 9 miliar dan $ 11 miliar untuk persenjataan baru dan peralatan militer selama 20 tahun ke depan. Dia mengatakan Indonesia juga berencana untuk menerima penawaran pinjaman lunak dari negara-negara seperti Prancis, Turki, China, dan Rusia.
Karena kesepakatan untuk jet tempur baru bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk membuahkan hasil, Indonesia berencana untuk membeli pesawat bekas seperti Eurofighter Typhoon, yang dapat dikirimkan lebih cepat. Laporan sebelumnya mengatakan Prabowo tertarik untuk membeli 15 pesawat semacam itu dari Austria. Tapi Pedrason mengatakan rencana itu hanya sementara.
“Sangat mendesak bagi kami sekarang untuk memiliki persenjataan yang dapat menyeimbangkan kekuatan melawan negara-negara titik merah di dekat kami,” tambahnya, mengutip tidak hanya Laut China Selatan tetapi juga kisruh perbatasan Indonesia yang lebih lama dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura.
Pedrason mengatakan kementerian pertahanan juga berencana untuk membeli model baru pesawat angkut militer Hercules, C130J dan C130H, yang diproduksi oleh Lockheed Martin, serta lebih banyak kapal selam dan kapal patroli. Dia menambahkan kementerian berencana untuk melatih hingga 300 pilot jet tempur dan sekitar 100 pilot untuk Hercules selama 2 tahun ke depan.
Program Foreign Military Sales
Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, menyebutkan, Indonesia berkeinginan untuk mengadakan beberapa Alutsista buatan Amerika Serikat melalui program Foreign Military Sales (FMS).
Prabowo mengatakan ini saat menerima kunjungan kehormatan Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Christopher C Miller, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin, 7-12-2020, dirilis Antara. Namun, Prabowo tidak merinci apa saja sistem persenjataan yang akan dibeli dari Amerika Serikat itu.
FMS merupakan program dari pemerintah Amerika Serikat tentang bantuan keamanan bagi negara-negara yang diizinkan mereka untuk membeli sistem kesenjataan Amerika Serikat, kerja sama militer, pendidikan dan pelatihan dengan Amerika Serikat di bawah Akta Kendali Eksport Persenjataan (AECA).
Melalui FMS, pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah mitra akan melaksanakan kesepakatan antar pemerintahan melalui mekanisme Surat Penawaran dan Persetujuan (Letter of Offer and Acceptance/LOA).
Adalah menteri luar negeri Amerika Serikat yang menentukan negara yang bisa menerima FMS ini sementara menteri pertahanan yang melaksanakan programnya. FMS bisa dibiayai oleh dana negara penerima ataupun dana dari pemerintah Amerika Serikat.
Pertemuan antara mereka berdua ini diawali kunjungan kehormatan yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral antara delegasi Amerika Serikat dan Kementerian Pertahanan yang dipimpin Prabowo.