Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

BPPT Bantu Rekayasa Pengapung Pesawat N219 Amfibi

JakartaGreater – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membantu dalam melakukan rekayasa untuk float atau pengapung pada pesawat N219 varian amfibi, yang menjadi salah satu program prioritas BPPT pada 2021.

“Kita melakukan desain dan rekayasa untuk floater-nya untuk pendarat di air,” kata Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun Dan Rekayasa (TIRBR) BPPT, Wahyu Widodo Pandoe, dalam dalam konferensi pers Outlook BPPT 2021 dan Capaian BPPT 2020, Jakarta, Kamis, 21/1/2021, dirilis Antara.

Pesawat N219 amfibi merupakan salah satu Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024. Prioritas riset itu dikoordinasikan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Terkait pengembangan pesawat itu, BPPT berperan untuk melakukan pendampingan pada program prioritas riset Lapan tersebut.

Selain itu, BPPT juga akan membantu untuk pencarian lokasi-lokasi pendaratan yang potensial bagi pesawat tersebut di Indonesia.

“Kita juga membantu mencarikan lokasi-lokasi yang ideal untuk melakukan pendaratan di perairan Indonesia,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan pesawat N219 amfibi ditargetkan bisa uji terbang sebelum 2023.

“Targetnya sebelum 2023 itu sudah bisa uji terbang,” kata Thomas.

Thomas menuturkan float atau pengapung pada pesawat amfibi tersebut dibuat dari bahan komposit.

Pengembangan pesawat N219 amfibi diperlukan untuk konektivitas pulau-pulau terpencil dan khusus destinasi wisata di mana daerah-daerah itu tidak mempunyai landasan di darat.

Pesawat amfibi N219 dibuat untuk bisa lepas landas baik di darat maupun di perairan.

Pesawat N-219

Pesawat N219, karya anak bangsa yang merupakan hasil kerja sama PTDI dan LAPAN yang telah menyelesaikan seluruh rangkaian pengujian sertifikasi dan resmi memperoleh Type Certificate di akhir 2020 yang diberikan oleh otoritas kelaikudaraan sipil yang berwenang di Indonesia yakni Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara/DKPPU Kementerian Perhubungan RI.

“Prototype pesawat pertama (Prototype Design 1) N219 Nurtanio telah menjalani Flight Cycle sebanyak 250 cycle dan Flight Hours sebanyak 275 jam, sedangkan prototype pesawat kedua (Prototype Design 2) N219 telah menjalani Flight Cycle sebanyak 143 cycle dan Flight Hours sebanyak 176 jam. Sehingga secara total pesawat N219 telah menyelesaikan 393 Flight Cycle dan 451 Flight Hours dalam proses sertifikasi ini,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Gita Amperiawan, Senin, 28/12/2020.

Share:

Penulis: