Militer Israel hendak memborong alutsista canggih termasuk F-35 dari Amerika Serikat. Hal ini terjadi di tengah ketegangan dengan Iran, yang terus meningkatkan kemampuan militernya.
Beberapa hari terakhir, Iran menguji coba Rudal canggih mid-range, dengan jangkauan 300 Km. Rencana Alutsista yang diborong Israel kali ini adalah, satu skadron pesawat tempur F-35, 4 pesawat tanker pengisian bahan bakar di udara, serta amunisi dan Rudal canggih.
Namun Ameika Serikat meminta dananya dibayar sebagian di muka. Israel berpikir, mereka akan terbebani bunga yang besar, untuk tahapan pembayaran selanjutnya.
Di tengah kegalauan Israel, AS memberi tenggat waktu, apakah Israel melanjutkannya, atau Alutsista itu menjadi prioritas bagi negara lain yang menginginkannya.
Channel 12 Israel melaporkan bahwa awal bulan ini Washington menetapkan tenggat waktu 2 minggu untuk kesepakatan senjata AS-Israel senilai $ 2,74 miliar. Kegagalan mencapai kesepakatan akan mengakibatkan Yerusalem kehilangan prioritas di jalur perakitan Amerika.
Seorang pejabat Israel mengkonfirmasi Selasa, 16-2-2021 bahwa komite kementerian untuk akuisisi militer telah menyetujui kesepakatan senjata baru yang kontroversial yang mencakup skadron baru jet tempur F-35 buatan AS dari Lockheed Martin, pengisian bahan bakar udara KC-46 dan pesawat angkut militer strategis oleh Boeing, dan berbagai Rudal hingga bom canggih.
“Sebuah komite pengadaan kementerian telah menyetujui pembelian satu skadron pesawat tempir F-35 baru, 4 pesawat pengisian bahan bakar baru, dan sejumlah besar amunisi,” kata seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya kepada Reuters, dirilis Sputniknews.com, 16-2-2021.
Kementerian Keuangan Israel awalnya mengungkap masalah anggaran ini dan menentang RUU terkait budget pembelian itu. Namun Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, tetap menginginkan pembelian Alutsista tersebut.
Pendanaan untuk kesepakatan $ 2,74 miliar akan datang sebagian dari $ 3,8 miliar bantuan militer AS yang diberikan kepada Israel setiap tahun.
Banyak yang menentang kesepakatan itu dan menyoroti bahwa pembayaran di muka akan mengakibatkan biaya bunga tinggi dari bank-bank Amerika.
“Intinya adalah membayar sekitar NIS 8 miliar di sini dan sekarang atau membayar bunga tambahan, dalam dekade berikutnya, yang akan dibayar Kementerian Pertahanan dengan dolar dari anggaran bantuan,” ujar Amir Eshel, direktur jenderal Israel Kementerian Pertahanan, kepada wartawan pada November, seperti dilansir The Times of Israel.
Perkiraan yang kemudian disetujui oleh pemerintah bernilai ~ NIS 9 miliar. “Saya tidak yakin bahwa Negara Israel saat ini – di puncak defisit anggaran – akan mengambil NIS 8 miliar dan menaruhnya di Amerika. Ada teknik lain untuk mengatasi ini, ”tambahnya.
Eshel juga menyoroti bahwa armada jet tempur F-35 Angkatan Pertahanan Israel saat ini, serta sekitar 100 F-15-nya, telah dibeli dengan pengaturan serupa.
Dengan persetujuan yang diterima Israel, kesepakatan tersebut sekarang harus dituangkan dalam memo pemberitahuan yang ditujukan kepada Kongres AS.
Masalah lain muncul, bahwa berita tentang pengadaan F-35 Israel datang bersamaan dengan kekhawatiran tentang mesin baru yang dapat mengganggu program pesawat tempur gabungan di AS.
Mengutip kantor program F-35, DefenseNews melaporkan pekan lalu bahwa Pusat Pemeliharaan Berat F135 di Pangkalan Angkatan Udara Tinker di Oklahoma telah mengalami masalah pemrosesan mesin Pratt & Whitney F135 karena pemeliharaan depo terjadwal.
Selain itu, pengelola fasilitas telah menemukan “gangguan dini pada lapisan bilah rotor” dengan “sejumlah kecil” modul daya engine.
Kedua masalah tersebut menghadirkan “masalah kesiapan serius” untuk program jet tempur F-35, menurut seorang pejabat pertahanan AS yang berbicara dengan outlet tersebut.
Terlepas dari sejumlah persoalan itu, seorang pejabat Israel mengkonfirmasi bahwa komite kementerian untuk akuisisi militer telah menyetujui kesepakatan pembelian senjata baru itu.