JakartaGreater – USS John Warner, kapal selam kelas Virginia dari angkatan laut Amerika Serikat, bersiap untuk menenggelamkan kapal perang Rusia jika mereka menanggapi serangan udara AS di Suriah pada April 2018, ungkap laporan Fox News, Jumat, 26-2-2021, dirilis Sputniknews.com.
Menurut Fox News, kapal selam USS John Warner telah menyelam dan bersiap untuk melawan segala kemungkinan tanggapan dari kapal perang Rusia.
Kapal selam kelas Virginia ini, digunakan untuk pertama kalinya dalam pertempuran selama serangan April 2018, dan dipersiapkan untuk menanggapi tindakan potensial Rusia terhadap kapal AS yang ditempatkan di daerah Suriah, termasuk sebuah kapal yang bertindak sebagai umpan dan tidak meluncurkan Rudal apa pun ke Suriah, klaim penyiar itu.
Artikel tersebut membandingkan serangan udara resmi Trump dengan serangan terbaru AS pada Kamis lalu di Suriah terhadap fasilitas yang digunakan oleh milisi yang didukung Iran di Suriah Timur yang diperintahkan oleh Presiden AS Joe Biden.
Penyiar mengatakan bahwa Rudal Tomahawk tidak digunakan selama serangan Kamis yang merupakan peringatan bagi Iran, dan daerah yang dibom tidak dikendalikan oleh pemerintah Suriah selama bertahun-tahun. Menurut Fox News, para petempur yang tewas di Suriah Timur pada hari Kamis kemungkinan besar bukan warga negara Suriah.
Pada wilayah yang sama, serangan udara pemerintahan Trump kala itu menargetkan fasilitas milik pemerintah Suriah. Penyiar menyebutkan bahwa lebih dari 50 Rudal Tomahawk diluncurkan di pangkalan udara Suriah pada April 2018.
Pada April 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump menyetujui peluncuran Rudal jelajah Tomahawk untuk menghancurkan apa yang diklaim Washington sebagai laboratorium senjata kimia milik pemerintah Suriah.
Daerah yang dibom pada Kamis oleh serangan udara AS juga diserang saat Trump berkuasa. Pada Desember 2019, mantan presiden AS itu menyetujui untuk melancarkan serangan udara terhadap militan di Suriah Timur dan Irak Barat.
doc. USS John Warner (SSN 785) – (@ US Navy)
Serangan ke Suriah 14 April 2018
Kilas balik ke belakang, Pada 14 April 2018, pukul 04.00 waktu Suriah, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris melancarkan serangkaian serangan militer, yang melibatkan pesawat berawak dan peluru kendali berbasis kapal, terhadap beberapa posisi pemerintah di Suriah.
Tiga kekuatan Barat ini mengatakan mereka melancarkan serangan sebagai tanggapan terhadap dugaan serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur pada tanggal 7 April, yang mereka kaitkan dengan pemerintah Suriah.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengeluarkan pernyataan pers saat itu, 14 April 2018, dirilis situs gov.uk dengan mengatakan :
Malam ini saya telah memberi wewenang kepada angkatan bersenjata Inggris untuk melakukan serangan terkoordinasi dan ditargetkan untuk menurunkan kemampuan senjata kimia Rezim Suriah dan menghalangi penggunaannya.
Kami bertindak bersama dengan sekutu Amerika dan Prancis kami. Di Douma, Sabtu lalu, serangan senjata kimia menewaskan hingga 75 orang, termasuk anak-anak, dalam keadaan mengerikan.
Fakta serangan ini seharusnya tidak mengejutkan siapa pun. Rezim Suriah memiliki sejarah penggunaan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri dengan cara yang paling kejam.
Dan kumpulan informasi yang signifikan termasuk intelijen menunjukkan Rezim Suriah bertanggung jawab atas serangan terbaru ini. Suriah menyangkal keterlibatan dalam serangan Douma dan menyebut serangan udara tersebut sebuah pelanggaran hukum internasional.