Kronologi Pembentukan LAPAN
- Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI).
- Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya.
- Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN.
M I S I :
- Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan.
- Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh.
- Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer serta kebijakan kedirgantaraan.
- Meningkatkan pemanfaatan hasil Litbang untuk Pembangunan Nasional.
Untuk kompetensi utama, LAPAN memiliki empat bagian yakni : Penginderaan Jauh, Sains Antariksa dan Atmosfer, Teknologi Penerbangan dan Antariksa, dan Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa. Agar VISI dan MISI LAPAN bisa terlaksana, diperlukan Roadmap. Banyak masyarakat berharap, LAPAN dapat menerbangkan Roket ke antariksa baik untuk misi peluncuran satelit atau penelitian. Pusat Teknologi Penerbangan dan Antariksa yang memiliki tiga pusat teknologi, yakni Pusat Teknologi Satelit, Roket dan Penerbangan sebagai salah satu bagian terwujudnya mimpi ini pun telah menyiapkan Roadmapnya :
Pusat Teknologi Satelit
- Melakukan kegiatan Penelitian, Pengembangan, Penguasaan dan pemanfaatan teknologi satelit,
- Melakukan perekayasaan (AIT) satelit, bersinergi dengan semua potensi Nasional,
- Melakukan pembinaan teknis untuk tumbuh dan berkembangnya teknologi dan aplikasi satelit di Indonesia.
Pusat Teknologi Roket
VISI : ”Pusat Unggulan di Bidang Teknologi Roket Yang Maju dan Mandiri”
MISI :
- Meningkatkan litbang teknologi roket untuk mencapai kemandirian di bidang pengembangan dan aplikasi teknologi motor roket, teknologi propelan, teknologi struktur dan teknologi kendali.
- Meningkatkan kualitas produksi dan informasi litbang di bidang teknologi roket dan dalam memecahkan permasalahan nasional.
Pusat Teknologi Penerbangan
VISI
Menjadi Pusat Rujukan dibidang Teknologi Penerbangan untuk Kesejahteraan masyarakat, Perlindungan wilayah dan Pelestarian lingkungan hidup
MISI
- Mengembangkan kemampuan di Bidang Teknologi Penerbangan melalui Penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang Avionik, Propulsi, Aerostruktur dan Aerodinamika.
- Menjalin kerjasama teknis dengan institusi litbang yang lain dan industri penerbangan Nasional.
- Meningkatkan pemasyarakatan hasil Litbangyasa kepada pengguna

Light Surveillance Aircraft (LSA)
Program utama Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN adalah program pengembangan LSA (Light Surveillance Aircraft) yang mempunyai misi untuk memperkuat sistem pemantauan nasional, sekaligus memperkuat penguasaan teknologi pesawat terbang.
Indonesia yang begitu luas, sangat sangat memerlukan sistem pemantauan baik melalui sistem satelit maupun sistem pamantauan yang lebih impresif dengan menggunakan pesawat terbang yang mampu menghadirkan hasil pemantauan dengan resolusi tinggi dan pemantauan secara terus menerus dengan kemampuan terbang yang lama dan automatik.
Program LSA ini dilakukan dengan bekerjasama antara LAPAN, PT DI, ITB dan TU Berlin (Tech nical University Berlin). Saat ini, tengah dilakukan kegiatan desain konsep pesawat LSA di Lapan, yang selanjutnya akan diteruskan di TU Berlin oleh para engineer Lapan dengan supervisi dari para ahli di Jerman. Di tahap awal, LSA yang akan dibangun berbasiskan pesawat ringan Stemme S15 yang akan mengalami modifikasi didalam sistem surveillance nya. Sedangkan pada tahap selanjutnya, akan dirancang bangun sebuah LSA baru dengan spesifikasi long endurance dan long distance, hybrid electric power, Automatic take off Landing (ATOL) dan modular structure.
Untuk kepentingan yang lebih luas dengan jangkauan yang lebih luas pula, pesawat ringan (LSA) ini nantinya dapat dimodifikasi menjadi sebuah UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang mampu terbang hingga 24 jam non stop, untuk memantau titik-titik perbatasan (border monitoring system), pencurian ikan (Ilegal Fishing) maupun pengamanan dari pencurian hutan (illegal lodging). Diharapkan LSA dapat menjadi komplemen akuisisi data penginderaan jauh untuk berbagai keperluan.
Program LSU adalah pengembangan pesawat tanpa awak yang didesain sebagai sarana pembelajaran yang praktis mengenai teknologi pesawat terbang, sekaligus mengembangkan teknologi UAV untuk berbagai Misi, Program ini cukup mengangkat nama LAPAN, beberapa produk LSU, telah mampu menjalankan berbagai misi, dan terus akan menajamkan misi nya di 3 bidang, yaitu : pertahanan, kebencanaan dan pemetaan resolusi tinggi. Program LSU ini telah menghasilkan 5 jenis prototype UAV, yaitu LSU-01, 02, 03, 04 dan 05. Misi yang telah dijalani juga beragam, seperti pemantauan mitigasi bencana (gunung-api dan banjir ), pemantauan untuk pertanian, operasi pengamanan dan latgab ABRI dan misi terbang jauh untuk mencatatakan rekor MURI dengan terbang nonstop 200 km.
(Sumber : Lapan)