Australia harus memilih program teknologi pertahanan dengan hati-hati. Negara mengharapkan memiliki angkatan bersenjata yang canggih, namun dengan populasi 24 juta penduduk dan tidak memiliki uang serta keahlian teknik yang mendalam, membuat banyak persoalan atas pengembangan di dalam negeri.

Selama beberapa dekade Australia tanpa lelah telah mengejar satu program yang sangat sulit: Radar over-the-horizon Jindalee, untuk menjawab masalah nasional bagaimana secara ekonomis dapat memantau kondisi maritim dari benua yang besar yang bernama: Australia.
Dengan sedikit publikasi, Departemen Pertahanan dan kontraktornya telah menyelesaikan upgrade utama dari sistem radar Jindalee, yakni: tiga instalasi antena besar, rentang pemasangan antena, pantulan radio frekuensi tinggi dari ionosfer untuk mengamati pesawat terbang dan kapal dalam area 3.000 km, mungkin sejauh Laut Cina Selatan. Upgrade telah meningkatkan kecepatan, sensitivitas dan ketepatan sensor, dan konekainya ke dalam Sistem Komando dan kontrol nasional dari Pangkalan Royal Australian Air Force (RAAF).
Departemen Pertahanan berencana meminta persetujuan awal untuk peningkatan lebih lanjut sistem radar Jindalee pada bulan Juni tahun 2015, namun ada tuntutan agar fokus upaya pengembangan saat ini bergerak untuk memastikan Angkatan Udara Australia RAAF dapat mengoperasikan Jaringan Radar Jindalee mulai saat ini hingga tahun 2040.
Australia tidak mengungkapkan detil radar Jindalee, dan hanya menggambarkan sedikit prinsip-prinsip operasinya. Namun dalam sebuah wawancara dengan Defense Material Organization (DMO), digambarkan sedikit rinci prestasi upgrade terbaru dan tujuan berikutnya, namun masih merahasiakan sebagian besar langkah-langkah kinerja berikutnya.
Upgrade yang sekarang dilakukan sudah memasuki Fase 5 dari program Jindalee, yang akan dilakukan hingga 2025.
Menteri Pertahanan David Johnston mengungkapkan penyelesaian upgrade fase 5 dari radar Jindalee telah dilakukan tanggal 28 Mei 2014. Dia mengatakan radar tersebut telah mencapai kemampuan operasional. Menurut Mike Walkington dari DMO, level pencapaian itu sebenarnya telah dicapai pada akhir tahun lalu.
Upgrade ini sebenarnya diselesaikan terlambat dua tahun disebabkan sebagian besar karena kekurangan keterampilan. Namun Meski demikian upgrade ini telah mencapai hampir semua -specifications dan jumlah di bawah anggaran yang ditentukan, kata Walkington. Pekerjaan itu dilakukan oleh Australia Lockheed Martin dan BAE Systems, dengan dukungan dan saran dari Defense Science & Technology Organization. Anggarannya belum diungkapkan.
Dengan upgrade Tahap 5, maka radar di Laverton, Australia Barat, dan Longreach – Queensland, telah dipasang ke standar instalasi asli seperti di Alice Springs, Northern Territory. Sistem pengembangan merujuk pada radar Alice Springs yang lebih maju. Sekarang ketiga radar telah sama dan radar Alice Springs terintegrasi sebagai instalasi operasional. Radar di Alice Springs tidak lagi memiliki status khusus; salah satu dari tiga radar dapat digunakan untuk pekerjaan pengembangan lebih lanjut, kata Walkington.
Perbaikan utama yang dilakukan untuk radar Jindalee terkait sistem pertahanan, adalah membuat sistem elektroniknya menjadi lebih cepat. Array yang sekarang mengumpulkan lebih banyak data, yang dikirim dalam bentuk basic ke Pangkalan RAAF Edinburgh, dekat Adelaide, Australia Selatan, di mana radar dikendalikan. Bandwidth antara array (radar) dan ruang kendali (base) harus sangat besar.
Edinburgh memproses informasi mentah untuk mengekstrak track data yang masuk ke RAAF Williamtown di Newcastle, New South Wales. Data itu dimasukkan ke Vigilare, yang merupakan sistem komando-dan-kontrol (Boeing) yang mengintegrasikan data dari berbagai sumber untuk menciptakan gambar udara taktis nasional. Jindalee telah memiliki link dengan Vigilare sebelum Fase 5 selesai. Dan sekarang telah “terintegrasi dengan baik” dengan sistem komando-dan-kontrol, kata Walkington.
Data masuk ke Vigilare juga ditingkatkan. Jindalee sekarang lebih sensitif, lebih mampu mengekstrak target dari noisy dan mengklasifikasikan mereka berdasarkan ukuran. Sistem ini juga mampu menentukan lokasi yang diidentifikasi, perkiraan kecepatan serta arah tujuannya. Radar Jindalee enjadi lebih presisi.
“Kami belum mendapatkan peningkatan yang signifikan dalam hal mendeteksi ukuran target”, kata Walkington. Ukuran target yang dideteksi sudah bisa lebih kecil, namun belum seperti ukuran yang ditetapkan kepada kami. Departemen ini tidak mengubah pedoman yang telah ditetapkan bahwa sistem harus dapat mendeteksi target sekecil pesawat jet latih atau kapal patroli ukuran 300 ton. Kinerja radar Jindalee yang sebenarnya mungkin lebih baik, tetapi RAAF bersikeras bahwa radar ini tidak dapat mendeteksi, misalnya, perahu kayu bermesin yang berjalan lambat.
Sensor Jindalee mendeteksi target dengan Doppler, pergeseran kecil dalam frekuensi gelombang radio yang terpantul disebabkan oleh gerak target menuju atau menjauh dari radar. Mereka ditantang tidak hanya oleh tingkah ionosfer yang terkadang membuat obyek menjadi kabur, pantulan yang tidak stabil, juga oleh rentang kolosal di mana mereka beroperasi: Energi yang kembali dari target ribuan kilometer jauhnya sangat kecil. Array (radar) yang ada tentu sangat besar. Transmisi Array yang ada di Alice Springs memiliki panjang 2,8 km (1,7 mil.).

Sebuah kemajuan penting dalam upgrade Fase 5 adalah kecepatan pemrosesan. Radar seperti Jindalee tidak lancar memindai bidang pandang mereka, melainkan masih terpatah patah. Setelah upgrade, tiga instalasi Jindalee “dapat melihat area yang lebih besar dalam waktu yang lebih cepat,” kata Walkington. Dia tidak mengungkapkan apakah waktu pemindaian untuk satu area (tile) tinggal puluhan detik, menit atau puluhan menit untuk setiap tile, tetapi jelas bahwa radar lebih cepat dan lebih baik dalam memindai area yang luas dengan berpindah dari satu tile ke tile lainnya. Upgrade Tahap 5 telah membuat Jindalee lebih digital, namun tidak sepenuhnya begitu, kata Walkington. Konversi Analog-ke-digital dari signal tidak segera dilakukan pada array. Hal ini karena Antena-nya phase array, sehingga dibutuhkan signal analog untuk mengarahkan elektroniknya ke azimuth, tetapi masing-masing radar ternyata hanya bisa memindai satu tile (area) pada suatu waktu. Ditanya apakah lebih dari satu tile dapat diamati secara bersamaan, Walkington mengatakan: “Kami memiliki tiga radar.”
Jilatan api matahari (solar flares) dan coronal mass ejections mengganggu ionosfer, dan ini tetap menjadi masalah. Tapi radar kini dapat lebih baik menangani perubahan kondisi ionosfer. Upgrade Fase 5 menghasilakn perbaikan performa yang diinginkan kecuali satu, yakni kecerdasan (buatan) radar.
Walkington tidak mengungkapkan kinerja Jindalee, kecuali mengatakan bahwa jangkauan dari sistem ini tidak berubah, yakni dari minimal 1.000 km sampai maksimum 3.000 km, seperti angka yang ditetapkan departemen dan RAAF sebelumnya. Analis pertahanan Australia percaya bahwa dalam kondisi ionosfer yang baik, radar Jindalee dapat melihat lebih jauh.
Ada tanda-tanda bahwa perbaikan sensitivitas dan tingkat presisi radar dalam Fase 5 telah cukup. Salah satu indikasi adalah bahwa departemen (DMO) tidak mengharapkan upgrade tahap berikutnya mencapai seperti yang sudah dilakukan di fase 5. Kemajuan semakin sulit, meskipun demikian Walkington menambahkan: “Kami akan terus bekerja pada akurasi pendeteksian. Kami akan terus bekerja pada pemantauan ionosfer, “isu kunci dalam penggalian data lebih tajam”.
Keuntungan lain dari peningkatan performa radar Jindalee adalah peningkatan sensitivitas radar telah memotong biaya cukup signifikan. Radar dihidupkan tergantung pada kondisi yang ada. Radar sekarang beroperasi pada daya yang telah dik

urangi, untuk penghematan yang diharapkan menghemat AUS $ 100 juta dalam waktu 10 tahun. Tidak mengherankan, Upgrade fase 5 tidak menggantikan power amplifier frekuensi tinggi, karena output yang asli sudah cukup.
RAAF tidak mengoperasikan radar Jindalee terus menerus, karena biaya dan situasi masa damai yang mendukung. Namun dengan kemampuan mode daya rendah sekarang, membuat radar ini bisa dihidupkan lebih sering.
Beberapa hari setelah hilangnya Malaysia Airlines 370 pada pagi hari tanggal 8 Maret, Aviation Week bertanya apakah Jindalee telah melacak itu. Kesempatan untuk melacaknya tidak besar, karena refleksi dari ionosfer di malam hari lemah dan mengecilkan kemampuan operasi radar over-the-horizon.
Upgrade tahap 5 radar Jindalee tertunda pada tahun 2003, termasuk instalasi Laverton dan Longreach. Kontraktor pertama untuk sistem operasional, gagal tepat waktu.
Keuntungan utama Jindalee adalah memungkinkan Australia untuk menyebarkan pesawat terbang dan kapal dalam jumlah yang terbatas, kata Andrew Davies dari Institut Kebijakan Strategis Australia.
Sebuah pertanyaan penting yang belum terjawab adalah apakah radar Jindalee dapat memandu jet jet tempur RAAF untuk menemukan target udara; 24 tahun yang lalu, diperiode sangat awal dalam perkembangannya, hal itu tidak mampu dilakukan.
Radar Over-the-horizon memiliki keuntungan kunci mengalahkan siluman. Igor Sutyagin, pelajar Rusia yang studi di Royal United Services Institute di Inggris, menunjukan kemampuan radar gelombang sangat panjang, dalam sebuah makalah yang dirilis bulan ini. “ Radar Longer wavelength, decameter-band” seperti REZONANS-NE Rusia bisa efektif melawan B-2 Northrop Grumman dan target lain yang dirancang untuk menghindari deteksi oleh radar frekuensi yang sangat tinggi (meter band), ujar Sutyagin.
Jindalee beroperasi di band yang sama. Menurut salah satu makalah teknik US, radar gelombang yang sangat panjang mampu mendekati ukuran fisik dari target, pengukuran radar cross-section dan pengurangan teknik konvensional tidak berlaku, dan pendeteksian target adalah masalah ukuran fisik.
Upgrade dari Jindalee terasa lambat. Waktu dua tahun yang hilang di awal program, membuat penundaan dua tahun dalam pengiriman, terutama karena kepergian orang-orang yang telah bekerja pada membangun sistem operasional. Ini adalah simbol dari tantangan Australia yang mengembangkan sistem pertahanan canggih sendirian (alone): Tidak memiliki keterampilan yang mendalam, dan meskipun berbagai negara telah membangun radar tersebut sejak 1950-an, orang Australia percaya bahwa mereka berada di tepi teknologi terkini, sehingga mereka tidak mau beralih ke sekutu, seperti Amerika Serikat, untuk membantu.
Upgrade berikutnya, Tahap 6, juga dalam kondisi bahaya akibat eksodus-nya para pekerja penting. “Ketika kami datang ke akhir dari Tahap 5 kita bisa melihat hal yang sama terjadi,” kata Walkington. Jadi departemen melaksanakan upaya sementara, yakni masuk ke Tahap 7, dengan tujuan utama untuk menjaga 60 orang yang menjadi kunci tidak ikut eksodus ke luar negeri.
Tugas mereka akan meliputi perbaikan atau mengembangkan kinerja radar, mengerjakan wave-form generator dan receiver untuk phase 6, mengembangkan receiver digital multichannel yang akan mengurangi jumlah komponen, meningkatkan sounders ionosfer dan mengembangkan perangkat lunak yang cocok untuk memelihara kelestarian alat dalam jangka panjang.
Sementara fase 6 akan ditujukan menangani peralatan yang usang. Namun upaya ini harus mendapatkan persetujuan pemerintah. Departemen berharap untuk mendapatkan persetujuan pemerintah pada semester pertama 2015 untuk mulai bidding kontraktor. Dua tahun kemudian akan dibutuhkan approval untuk kontrak yang diajukan, dan harus tunduk pada review dari kebijakan pertahanan.
– Bill Sweetman –
aviationweek.com / 22/09/2014.
Asalamualikum semua nya
Waalaikum Sallam bung Fauzi,
Maaf all mau tanya, Radar Jindalee ini utk cover wilayah Sonotan pribadi atw skalian ngintip pergerakan Indonesia,cz terlihat pda gambar no.2 jangkauan radar memenuhi seluruh Jatim,lalu pulau2 bagian selatan sampai k seluruh pulau Irian ?
Kalau sampai 3.000 Km, coba aja diukur dari Alice Spring sampai ke mana tuh.
Sabar bung, dengan semangat rencana skuadron Drone mata-mata sekelas IAI Eitan, Heron dan Garuda di era pak Joko. Mereka tidak akan berani menyerang kita.apalagi kedekatan bu Mega dengan Rusia, semoga rencana akuisisi Kilo/Amur class, Tigr class, dan SU-35 bisa kurang dari 3 tahun. maju terus pak Joko rakyat mendukungmu.
antidotnya.bung……
liat antenanya …..dipole array…..frekensi kemungkinan dari 30 Mhz s/d 60 Mhz……….
suruh breaker ngumpul di kupang…masing masing bikin pemancar dari 30 s/d 60 Mhz ( gak mungkin lebih karena 75 s/88 Mhz untuk radio fm, 89/118 untuk komnikasi navigasi pesawat. ke atas lagi sudah dialokasikan untuk komersil)….masing masing….3000 watt
pasaang antena yagi 10 elemen…….arahkan ke selatan…….di jamin ….JINdale…mringis mringis……
terbamgin su 30mki..dan .jossssssss……(nasgitel..hehehe)…..
Jindalee radar at Longreach, Alice Springs and Laverton (Western Australia) enables Australian military commanders to observe all air and sea activity north of Australia to distances of at least 3000 kilometers. This takes in all of Java, Irian Jaya, Papua New Guinea and the Solomon Islands, and halfway across the Indian Ocean.
JORN underpins Australian long-term military defence planning based on repelling an invader that attacks southwards through the Indonesian Islands, as did Japan in World War 2.
Berarti bener gambar d atas,
http://202.158.39.213/forum/printable.asp?m=4803&mpage=3
Lihat grafiknya dgn baik,apa yg terlihat? Ini adalah konsep yg dibuat sejak thn 60an,sebegitu kuatir & takutnya mrk dg tetangga bernama “Indoñesia”. Bahkan slh satu skuadron pembom legendaris pernah diminta utk Reccon testing jindalee lsg ke hatinya “Alice spring” lengkap membawa “oleh-oleh” dr kita. Sekarang antisipasi yg dilakukan TNI AU adalah….
#tiap sukro taxi,staf screen jindalee lsg teriak “Bogey attemping taxi”hehehe..
Nanya@Bung PR..berarti tiap ada pergerakan militer TNI AU ..Radar jindalee sonotan sudah mendeteksi ya bung..dan apabila akan pesawat/kapal tni di arahkan k sonotan langsung mereka menyiapkan antidotnya ya..artinya sangat kita mencapai sonotan tanpa terdetec…
#
#ralat# artinya sangat sulit tni kita mencapai sonotan tanpa terdetec…
Tolong pencerahan dari bung@PR..
TNI AU sdh punyaaananti dotnya kok sprti Satrad di selatan p.timor & beberapa satrad memang sengaja disorot ke mereka. Itu mengapa Jindalee di upgrade bsr2an,tp radar ini cost maintanacennya mahal& tinggi krn itu Aussie smpe kedodoran. Coba “terkaarah artikelmmbah Poer ke cina” skaligus OTHT radar.made in china nya yg mau di akusisi. Ngeri2 sedapkkya para Ksatria langit yg pernah berkunjungke Rusiamrk dikasih liat slh satu “eye of the Garuda” yg lg dibuat utk nandingi Jindalee
Itulah gunanya KILO & CLUB-S, lewat udara gak mungkin nembus karena ada jindale, tapi kalau lewat BAWAH LAUT gak mungkin dia bisa jagain ribuan km tepi pantainya, tembakin deh 10 CLUB-S ke jundale, beres..heheh..
kelemahan dari radar ini secara fisik adalah memerlukan bentangan yang sangat panjang, seperti jamannya musim komunikasi dengan radio CB jaman dahulu….
Kalau lihat gambar di atas, sepertinya yg vertikal banyak itu antena penerima. Kalau dibuat bentuk parabola bisa sangat raksasa dibuatnya.
Sinyal pantulan dari ionosfer itu sangat lemah sehingga perlu penguatan, alih2 pakai model parabola, ini pakai model array yang banyak.
Untuk sinyal2 yg memakai fenomena pantulan ini (lebih tepatnya sih scattering) selain dipakai untuk radar juga untuk telekomunikasi jarak jauh dengan kecepatan data cukup besar dan dapat menjadi pesaing komunikasi via satelit untuk sebagian kasus.
Amrik mulai 2010-an mulai melirik kembali metode ini untuk komunikasi militer sebagai backup VSAT.
radar tni berapa luas jangkauannya…klo sama jarak sorotnya wah bisa salaman tuh gelombang radar di tengah laut
Kalo radar TNI jangan ditanya lagi bung, bahkan untuk mengcover Indonesia sendiri aja belum cukup.
Milik TNI punya jangkauan skitar 400km klw gak salah
Insya allah tahun ini dan 2015 pertengahan seluruh ruang udara militer & sipil makin rapat bung di tambah lg “penguping bawah air yg makin canggih & berjarak jangkau luas”. Utk saat ini permasalahanpd Satrad adalah Pasokan BBM yg msh blm cukup utk 24/7. Semoga kedepannya lbh baik lg.
Amin bung PR,Do’a rakyat RI gak akan putus utk kmajuan Negeri ini,
Maaf bung PR,sya mau tanya sedikit,
Sonotan menyadap HP bberapa pejabat RI aja Presiden sampai rakyat marah,hubungan kita sampai sempat tegang.nah radar Jindalee ini kan klw gak salah dpt membaca gerakan sampe yg terkecil skelas pesawat latih,
Nah apa gak risih nih Negara d intipin pergerakannya sama tetangga ?
Soalnya klw mnurut sya ini lebih Parah dari pada penyadapan HP,cz stahu sya rahasia negara kan gak d babar lewat telepon,mohon pencerahannya 🙂
@MS klo penyadapan RI 1 kemarin dilakukan dari “Local.Asset& local Station” di jakarta kok, baru kemungkinan di olah di sana. Tapi kebanyakanyyg diserap oleh mrk cma informasi sampah aj kok. Kan kita ga bodo2 amat dg tabiattthe big five.. hehehe
Bung PR, BBM itu untuk menjalankan generator ya?
Semoga ada pembangkit energi alternatif misalnya sel surya, angin, arus laut, dll agar dapat 24/7 deh.
malam
Oh gitu ya makasih penjelasannya bung
Nyimak pencerahannya
keren
Izin
mereka jindalee..kita buat jg saingannya jindelaa…
Jindanjun
Aduh melorot kejauhan. Kelaman baca sh. Salam NKRI Dri setasiun purwokerto
Nyimak
Sr lgi…
Semoga janji pak jokowi tidak ikut dijual oleh PDIP
Setuju bung @PCM
Selamat malam dulurr….. monggo sare riyennnn
Iya semoga janjinya itu bisa ditepati, gua pilih dia, tp kalo sampai gk bisa buktikan janjinya jg, layak juga untuk kita demo 😀
Nyimak
Aneh tadi sempat close coment ya,ada apakah? Tiba2 jreeeeng urutan 14 kyaknya 😆
Radar kayak gini kelemahannya apa aja ya?
di bom pakai yakhont bung hehehe piss..
busehhh… radarnya jauh baget
kebuktian bahwa ostrali bangsa penakut
mereka pasti punya salah
waduh dari jateng sampai indonesia timur bisa dipantau ausie bahaya dong..ada ga antidotnya? kita harus lebih waspada
Mungkinkah untuk menyadap Indonesia lagi?
Selain fungsi strategis militer mungkin untuk mengawasi para pendatang ilegal ke Australia,
Cuma pertanyaan & opini dr otak kosong..selamat berdiskusi..
Monggo dilanjuutt..,
Hanya sebagai “Mata dan Telinga” saja kok tdk lebih.. yg jadi pertanyaan adalah apakah mereka bisa membedakan “sarapan” yg tersaji di depan hidung si sonora!
Kamsudnye ape neh bung PR, ane kok gagal faham…
Maksudnya kadang yg lagi taxi pespur tp yg diliat operatornya adalah burung Bango bung,kira2 itu perumpamaan simplenya.. hehehe
sama aja buta dong bung PR radar jindalenya ausie ?
Konon bisa melihat B2 spirit radar ini alias ngga pesawat stealthy Di radar ini. Karena radarnya scanning bagian atas pesawat
Setiap bahan / material akan punya karakter berbeda jika dihadapkan pada frekuensi berbeda.
Contoh gampang, benda berwarna merah akan tidak terlihat oleh kita alias blending jika kita pakai kacamata merah.
Nah, suatu material penyerap radar (baik bahan maupun penyudutan desain) hanya efektif pada suatu frekuensi. Sangat sulit membuat bahan yang menyerap semua frekuensi.
Jika kita mengetahui data frekuensi yang diserap bahan itu, kita bisa cari frekuensi lain yg dapat “melihat” benda itu.
B2 tidak dapat dlihat pake radar freknsi tinggi…….band s, l dst………..karena b2 akan dapat membaca frekensi tersebut……..kemudian akan membangkitkan frekwensi yang sama tetapi dengan polarisai yang berlawan (kayak kita main tali ular……jika ayunan tangan ujung satu deang yang lain berlawanan…maka gelombang tidk akan terjadi)…..maka frekensi dari radar tidak akan mantul kembali…..karena sudah dilemahkan
….ini juga merupakan salah keunggulan penggunaan radaar AESA..dimana arah dan polarisasinya maupun band frekwensi radar dapat di ubah ubah, singga radar di darat akan madul.
Akan tetapi….jika menggunakan radar frekwensi rendah………3 Mhz s/d 300 Mhz……karena memang .B2 tidak dapat membangkitkan frekwesi rendah (tidak dilengkapi)………….
……kulit tubuh B2 pun tidak dapat melemahkan frekwensi rendah (rongga tongga dalam kulit B2 kecil2 yang memang didisain untuk frekwensi tinggi tidak untuk frekwensi rendah yang memerlukan rongga2 besar yang tidak memungkinkan untuk di gunakan di kulit pesawat)..
….sampai kapanpun tidak ada benda dilangit yang tidak bisa di scan (dilihat) oleh radar frekwesi rendah……(jika kita pake HF , gunungpun dapat memantulkan frekwensi contah sinyal Ht di 144 MHz)…dari pengalaman F!!& dapat di tembak jatuh oleh Serbia.
“”{“Menurut Serbia sendiri, operator pertahanan udara Belgrade berhasil mendeteksi pesawat siluman tersebut dengan menggunakan beberapa radar Soviet yang sudah (sedikit) dimodifikasi. Secara khusus, modifikasi dilakukan untuk penggunaan gelombang panjang yang memungkinkan sistem radar Soviet tersebut mendeteksi pesawat siluman dari jarak yang relatif dekat ketika low radar cross section F-117 terganggu pada saat pintu teluk bomnya terbuka untuk menjatuhkan bom berbobot 907 kg.
Selain modifikasi radar, Serbia juga terus memantau komunikasi radio AS dan sekutunya di frekuensi UHF dan VHF (umumnya tidak terenskripsi-seperti yang terjadi 12 tahun kemudian saat tahap awal dari Operasi Odyssey Dawn di Libya) dan juga mampu mengintersep pesawat NATO ATO (Air Tasking Orders) yang memungkinkan bagi Serbia untuk menempatkan baterai anti pesawat pada posisi dekat dengan target yang diincar NATO.
Dengan kata lain, pertahanan udara Serbia sudah tahu dimana dan kapan saatnya untuk mendeteksi pesawat pembom siluman yang masuk.
F-117 nomor seri 82-0806 (hingga kini masih dipamerkan di Museum Dirgantara Belgrade) ditembak jatuh oleh Batalyon 3 dari Brigade Rudal Pertahanan Udara 250 Angkatan Darat Serbia, salah satu rudal yang ditembakkan adalah sistem rudal S-125 Neva/Pechora (kode NATO: SA-3 Goa) pada jarak sekitar 8 km.).}
.
Itulah kenapa PAK FA rusia diklaim lebih hebat dan lebih siluman dari pada raptor, karena di bagian sayapnya dipasang transmiter untuk frekwensi..rendah sehingga dapat melihat raptor atau paesawat stealth lainya…
…transmiter ini juga berfungsi untuk melemahkan frekwensi radar OTH .yang hampir semunya menggunakan frekensi rendah
hampir dapat dipastikan PAKFA tidak dapa dilihat dari bumi…….
….sifat sangat stealth dari PAKFA inilah yang membuat rusia enggan berbagi dengan IIndia, walau india sudah membayar mahal untuk pesawat ini.
PAKFA hanya dapat dilihat oleh system IRIST..atau dari satelit….tidak oleh JINDALE..
moga kita kelak bisa punya PAKFA..
Mantap bung Sambelhohah! Kuliah pagi ini menu cabe rawit. terima kasih telah menambah wawasan saya.
tambahan…..
3 Mhzs/d 309 Mhz maka B2 akan terlihat di layar radar karena memang .B2 tidak dapat membangkitkan frekwesi rendah (tidak dilengkapi)…sehingga ridak dapat melemahkan sinyal radar …frekwensi rendah…(biasanya jenis radar OTH)….
Bung Sambel….
Frekuensi rendah di sini apakah termasuk gelombang darat / ground wave yang menjalar di permukaan bumi seperti nap on earth?
kerendahan kali ya bung……….
kalau ke NoE (nap of earth)…maaf…ilmu saya blum nyampe bung….biasanya para “driver ” yang tau …
radarnya menghadap ke indonesia semua 😆 biasanya hari jumat bakal banjir artikel nh,siap2 nyimenk ehh nyimak 😆
waduh.. barang2 goib bisa kna jurus 3M radar jindale nih (dilihat, diraba, diterawang).
btw radar kita bisa cover smp aushit g y?? ato minimal penangkal radar
“grade berikutnya, Tahap 6, juga dalam kondisi bahaya akibat eksodus-nya para pekerja penting. “Ketika kami datang ke akhir dari Tahap 5 kita bisa melihat hal yang sama terjadi,” kata Walkington. Jadi departemen melaksanakan upaya sementara, yakni masuk ke Tahap 7, dengan tujuan utama untuk menjaga 60 orang yang menjadi kunci tidak ikut eksodus ke luar negeri.”. Hehe.. Ternyata dimanapun selama hidup tetap uanglah yg berbicara..:D. Klw dibeli si dragon bgmna?
bung, kemungkinan dari 60 org tersebut ada ahli kita, yg sebentar lagi pada pulang kampung…
Di tempelin magnet juga pada ngaco tuh radar…….heh….
indonesia harus mengimbanginya dengan memanfaatkan tawaran dari prof Josafan untuk membuat Dron Stratosfer yang bisa menjadi radar ofer horizon tandingan
Wah kayaknya purworejo kelihatan dari australia
Jangankan purworejo gan,
ane berdiri kemeren liat aksi sukoi sama jet tempur lain lewat di atas kota surabaya bisa jadi terlihat, dari Aushit, kalau ga pakai sarung .
masalahnya ane pakai sarung pas waktu liat di atas genting ( sambil ngopi ) nunggu berankat kerja ,
jadi yaa tak kliatan karena ane pakai tabir sarung ….
Edisi ; koment ngawur
kayaknye ni sonotan sengaja mengopersikan radar jindalee ditujukan untuk Indonesia !!!
( ngajak ribut nih sonotan sialan )
Bagaimana kalau kita jamming dengan ditembak pakai frekuensi yang sama tapi terarah dan lebih kuat?
Buat apa bung! Buang2 dana aj. Klo bisa diemin aj,lah mereka aj kedodoran dg biaya operasional dan durasi operasional yg cuma 15jam/hari kok. Apalagi klo malam,ini radar kaya rabun ayam,menurun kemampuanya krn wave length radar nya tergantung ketebelan ionosfer. Beda jika kita gunakan radar konvensional sprti GCI/AW radar. Hehehehe
Kelemahan OTH Jindalee adalah dimensi antenanya yang fixed dan sangat besar. Serang saja dengan rudal balistik semacam China DF-21. Kerusakan pada antenanya akan downgrade sistemnya.
Serang pakai rudal…?? Perisai anti rudalnya pasti berlapis untuk melindungi radarnya…maaf awam.salam @bung antonov
Betul, jindalee punya 5 lapis AA dan sq RAAF yg khusus menjemput jika ada maling masuk mengarah ke Jindalee. Tp yg jelas,kita pernah menerobos lsg ke jantung benua aussie lbh dari sekali baik lwt udara maupun bawah air..
#ups..
waduh ?? dibabar donk ceritanya bung PR udah lama nih ga ada hoax hoex ..sesepuh udh pd ngilang
kalo gk salah waktu rentang taon 60-70an tu bung? ato yang baru2 saja??? dibabar napa….he3
Tahun 60an dg 2 unit TU 16ks terbangfferry lsg dr IWJ dg misi test kemampuan “Mata-telinga” aussie.sambil memberikan pesan “kalo masih dukung pemberontak jgn salahkan kami utk membombardirkkota anda” dan tak.ada satu pespur/rudal hanud yg mengangkasa. Klo yg baru2.. rumponnny bung PS & TDP tuh..hehehhe
Wah cilaka TNI lom punya antidotnya neh, setiap pergerakan alusista dah kepantau ma sonotan. Pencerahan dari sesepuh warjag
Alutsista ghoib TNI ketauan dong, dah aje di publish sekalian, biar tambah meriang jiran2 !
Sarungnya bisa menyerap sinyal yang dikirim radar ya bung….. Patut dicoba di kapal2 & pesawat2 kita itu
wkwkwkwk
nyimak
Bung@PR..Ya sip,,kalau memang sudah ada antidotnya untuk radar jindalee..tpi kalau merujuk pada artike tentang radar OTH slr 6 China kemarin itu,,jangkauannya 250km pd mode aktif dan 500km pd mode pasif..atau yg tdk d publikasi bisa lebih dri itukah jangkauannya? Dan di gunakan untuk menjaming radal jindaleenya sonotan atau sebagai radar GCI maritimkah..? Maaf banyak tanya.. Krn haus akan pengetahuan..
Yg pasti ada spek tertutup not for public bung. Infonya ini bisa dua alam radarnya,yg lg di dalami adalah integrasi dg sistem satrad & kohanudnas-kosek. Jd mbah poer mau ni radar bsa saling “ngobrol dg seniornya”. Simplenya gtu
serangan paling gampang adalah dengan menyusupkan pasukan katak kedalam perahu pengungsi, sampai atau melalui visa turis. paling masuk sasaran… # kayalan tukang ketik