
TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna meminta pemerintah segera menambah radar milik TNI AU. Musababnya, TNI AU baru memiliki 20 dari total kebutuhan 20 radar pemantau. “Masih kurang 12 radar lagi,” kata Agus kepada wartawan di Markas Besar TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 4 Februari 2015.
Menurut Agus, sebagian besar kekurangan radar TNI AU berada di wilayah Indonesia timur. Dalam program modernisasi alat utama sistem persenjataan TNI bertajuk Minimum Essential Force, Angkatan Udara sudah mengajukan penambahan 12 radar pemantau. Hasilnya, dalam waktu dekat, dua radar baru siap dipasang. “Masih kurang sepuluh radar lagi. Kami harap dapat segera terpenuhi,” kata Agus.
Agus mengatakan radar merupakan salah satu komponen penting pertahanan udara Indonesia selain pesawat tempur. Menurut dia, radar seperti mata TNI AU yang bertugas mendeteksi benda asing yang masuk ke wilayah Indonesia.
Agus menambahkan, kelengkapan radar dan pesawat tempur TNI AU merupakan salah satu penunjang program poros maritim pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurut dia, urusan maritim akan selalu berkaitan dengan udara. “Apakah bisa kekuatan darat dan laut Indonesia bergerak bebas kalau udara dikuasai negara lain?” kata Agus.
Pada 2014, TNI AU beberapa kali tercatat melakukan intercept terhadap pesawat asing yang memasuki kawasan Indonesia tanpa izin. KSAU sebelumnya, Marsekal Ida Bagus Putu Dunia, juga sempat menyatakan kendala yang dialami TNI AU dalam menjaga luas wilayah Indonesia adalah minimnya perlengkapan.
Sebelumnya, Agus menyatakan niatnya meningkatkan pertahanan udara dengan membeli dan memperbarui radar TNI AU. Agus berharap ada alokasi anggaran yang cukup, sehingga radar TNI AU dapat menjangkau seluruh titik wilayah Tanah Air.
“Kalau semua wilayah punya radar, tidak akan ada yang masuk. Pesawat asing masuk sebentar langsung di-intercept dan diturunkan,” kata Agus di Istana Negara, Jumat, 2 Januari 2015. (TEMPO.CO)
Radar Minim, Pertahanan Udara dan Laut NKRI Lemah

Metrotvnews.com, Jakarta: Radar yang dimiliki TNI Angkatan Udara (AU) hingga saat ini masih minim. Akibatnya pertahanan udara dan laut Indoensai belum maksimal. Karena objek yang berada di radius ratusan kilometer tidak terdeteksi.
Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU), Marsekal TNI Agus Supriatna, mengatakan, TNI AU berusaha semaksimal mungkin menjaga kawasan terluar Indonesia. Namun semua akan maksimal jika Indonesia memiliki radar yang mencukupi. “Selama ini kami masih kekurangan radar, itu sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan udara di wilayah NKRI. Kami berharap pasokan radar dapat dipenuhi secepatnya oleh Pemerintah,” kata Agus di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (4/2/2015).
Menurut dia, TNI AU membutuhkan 32 radar untuk mendeteksi objek-objek di udara dan laut pada daerah jangkauan radius ratusan kilometer. Selain itu, radar ini berguna untuk mendeteksi kehadiran pesawat asing di wilayah Indonesia. “Tahun ini kami sudah ajukan agar ditambah. Tahun ini akan ada penambahan,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, untuk mengamankan seluruh wilayah, Indonesia membutuhkan 32 radar. “Saat ini masih kurang 12 tapi sudah ada tambahan dua, mungkin kurang 10 lagi,” katanya.
Agus mengakui, anggaran yang dimiliki untuk pengadaan radar masih terbatas. Namun dirinya berharap pemerintah menjadikan keperluan radar sebagai prioritas. “Kami berharap pemerintah secepatnya dapat memprioritaskan pelengkapan radar bagi TNI AU, ini sangat penting untuk memperkuat wilayah NKRI dari gangguan asing,” ujarnya. (Metrotvnews.com)
mantap biar ga bolong2
Ia bung semoga saja. Dan semoga pihak produsen bisa memberikan TOT agar kita mandiri . Semoga bukan TOT sekedar pemeliharaan. Tapi TOT 100 persen.
Agar kita mandir
saya daripada ribut2 masalah pesawat, mendingan beli s400 atau s500 , detergen nya lebih menakutkan
MPR dan DPR apapun itu demi untuk negara INDONESIA tercinta ini, kami akan mendukung jendral.
thales saja biar tidak beragam radarnya. lagipula sudah ada kerja sama antara thales dan len.
TNI AU baru memiliki 20 dari total kebutuhan 20 radar pemantau. “Masih kurang 12 radar lagi,”
yg bener gmn itu itungan matematikanya baru memiliki 20 dr total 20, berarti uda gak butuh lg dong kan uda kebeli 20 biji.
oh oke deh ralat jadinya yah
jangan lupa clup S-nya……………………
mengharap produk dalam negeri di manfaatkan semaksimal mungkin
nanya: apa radar bisa bisa disadap pihak asing,, misal radar maritim bantuan amrik mungkin dalam strukturnya sdah dipasang pemancar ato sesuatu alat jd pihak lain bisa nebeng gitu..
bisa. itulah salah satu fungsi aset aew & c sebagai ELINT.
Semoga radar tuntas di MEF2, jangan lupa radar utk mengambil alih FIR Singa dituntaskan sekalian. ngarep.com
Iya benar tuh bung pitik, fir yg dipegang ama siupil itu yg segera diambil kembali ya bung semua, ayo kita desak tni dan pemerintah untuk segera mengambil alih tuh wilayah udara yg kini masih dikuasai oleh si upil, ayo tni mulai lah usir tuh pesawat pesawat asing yg masuk melalui ijin fir si upil, kita rakyat sangat tidak setuju wilayah udara nasional kita masih di kuasai pihak asing, ndak benar itu .
kerjasama radar dan rudal dengan ukraina bagaimana,,
sebaiknya TNI agak sedikit menekan pemerintah, khususnya anggota DPR agar anggaran pertahanan cepat di turunkan dan segeralah melakukan perbelanjaan,,jika memang TNI-AU sudah mempelajari radar2 mana yg sudah sesuai kebutuhan dan juga pespur yg sudah memenuhi kriteria dengan segala alih teknologinya, jangan pedulikan lagi pertimbangan2 politik yg justru melemahkan TNI itu sendiri,,,
Beli radar vostok juga tuh bisa nangkap F 35 australia gak nyelonong masuk nkri
Waktu itu pernah ketemu grup dari Ukraina kemungkinan buat radar Passive yg bisa nangkep siluman
Itu kok masih pake monitor tabung terkesan jadul amat utk sekelas komando pertahanan udara nasional… jangan2 pc nya jg masih intel pentium..
Harga 1 sistem radar militer itu berkisar brp sih? kok kayaknya sulit bnget dpet anggaran utk mencukupi kebutuhan minimalnya saja padahal ini yg penting dulu…ini sama halnya dengan radar sipil yg ada di ATC2 Indonesia yg sudah cukup kuno dan jarang mendapatkan upgrade, yg penting2 malah gak didahulukan
Mohon pencerahan, apakah yg dimaksud adalah menambah 10 buah skyshield lg untuk menutupi kekurangan atau sistem radar yg lainnya? Makasih. Salam kenal semuanya.
Oh ya lupa, kita bakal akuisisi sam 300 kah untuk mef 2 nanti? Nuhun…
“Kalau semua wilayah punya radar, tidak akan ada yang masuk. Pesawat asing masuk sebentar langsung di-intercept dan diturunkan,” kata Agus di Istana Negara, Jumat, 2 Januari 2015.
keberadaan radar tidak otomatis berarti ‘pesawat asing yang masuk sebentar langsung di-intercept dan diturunkan’, pesawat jet eksekutif saudi menembus pantauan radar2 kohanudnas di wilayah barat dan baru berhasil di-intercept dan diturunkan ketika nyaris meninggalkan wilayah RI di bagian timur,
http://3.bp.blogspot.com/-AeIdIuk0B_g/U61bZ9EunRI/AAAAAAAABhI/ksX5NhrTHtE/s1600/radar+tni+au.jpg
Semoga aja kedepan aturan mainya gak terlalu ribet kalau mau intercep pesawat asing bung, birokrasi kita yg suka bertele-tele hrs di pangkas agar bisa bereaksi dg cepatcepat. Salam.
yaitu tadi gara2 di ibukota tidak ada pespur untuk mengamankan ring 1. jika ingin dapat banyak bisa akuisisi pesawat bekas atau FA-50.
@alugoro
Hayooo…Sales ginseng detected
Sekalian S 300 nya dong, sama intercep nya Sukhoi 35..
Monitornya hiihihi… itu foto tahun berapa? Kalo foto lama dimaklumi lah. Tapi kalo sekarang masih pake monitor CRT …. hohohohoho ….
ya ampuuun…itu cpu pentium berapaan…monitorny masih make yg jadul punya….zzzzzzzzzzzz
http://abarky.blogspot.com/2015/02/melihat-uav-lapan-terbang-dari-kri.html
SU35 sudah dipilih TNI-AU & KSAU
berarti terbukti radarnya konek dengan dengan radar darat 😎
Indonesia timur khususnya papua masih sangat rawan karena sangat kekurangan radar dan penggebuknya, …….. jangan cuma akan dan akan saja !!! realisasinya ………………. ???
pusat kontrol radar maritim kok “sederhana” gitu yak? keliatan d foto masih pake monitor crt.kok jauh dari kesan canggih, penuh indikator & ful hud seperti di kontrol usgs/NSA.